Selasa, 18 Desember 2012

HUKUM - HUKUM GAS (TKG)


Pendahuluan
       Pada pembahasan sebelumnya (hukum-hukum gas – persamaan keadaan) guru muda sudah menjelaskan secara panjang pendek mengenai hukum om Boyle, hukum om Charles dan hukum om Gay-Lussac. Ketiga hukum gas ini baru menjelaskan hubungan antara suhu, volume dan tekanan gas secara terpisah. Hukum om obet Boyle hanya menjelaskan hubungan antara Tekanan dan volume gas. Hukum om Charles hanya menjelaskan hubungan antara volume dan suhu gas. Hukum om Gay-Lussac hanya menjelaskan hubungan antara suhu dan tekanan gas. Perlu diketahui bahwa ketiga hukum ini hanya berlaku untuk gas yang memiliki tekanan dan massa jenis yang tidak terlalu besar. Ketiga hukum ini juga hanya berlaku untuk gas yang suhunya tidak mendekati titik didih. Oya, yang dimaksudkan dengan gas di sini adalah gas yang ada dalam kehidupan kita sehari-hari. Istilah kerennya gas riil alias gas nyata… misalnya oksigen, nitrogen dkk…
      Karena hukum om obet Boyle, hukum om Charles dan hukum om Gay-Lussac tidak berlaku untuk semua kondisi gas maka analisis kita akan menjadi lebih sulit. Untuk mengatasi hal ini (maksudnya untuk mempermudah analisis), kita bisa membuat suatu model gas ideal alias gas sempurna. Gas ideal tidak ada dalam kehidupan sehari-hari; yang ada dalam kehidupan sehari-hari cuma gas riil alias gas nyata. Gas ideal cuma bentuk sempurna yang sengaja kita buat untuk mempermudah analisis, mirip seperti konsep benda tegar atau fluida ideal. Ilmu fisika tuh aneh-aneh…. dari pada bikin ribet dan pusink sendiri lebih baik cari saja pendekatan yang lebih mudah Kita bisa menganggap hukum Boyle, hukum Charles dan hukum Gay-Lusac berlaku pada semua kondisi gas ideal, baik ketika tekanan dan massa jenis gas sangat tinggi atau suhu gas mendekati titik didih. Adanya konsep gas ideal ini juga sangat membantu kita dalam meninjau hubungan antara ketiga hukum gas tersebut.
Biar dirimu lebih nyambung, gurumuda tulis kembali penyataan hukum Boyle, hukum Charles dan hukum Gay-Lussac.
Hukum Boyle
      Berdasarkan percobaan yang dilakukannya, om Robert Boyle menemukan bahwa apabila suhu gas dijaga agar selalu konstan, maka ketika tekanan gas bertambah, volume gas semakin berkurang. Demikian juga sebaliknya ketika tekanan gas berkurang, volume gas semakin bertambah. Istilah kerennya tekanan gas berbanding terbalik dengan volume gas. Hubungan ini dikenal dengan julukanHukum Boyle. Secara matematis ditulis sebagai berikut :
    Keterangan keterangan =
pernyataan lain dari hukum boyle adalah bahwa hasil kali antara tekanan dan volum akan bernilai konstan selama massa dan suhu gas dijaga konstan. secara matematis dapat di tulis
pv=c
keterangan =
p = tekanan gas (n/ m2 atau pa)
v = volum gas (m3)
c = tetapan berdimensi usaha
Hukum Charles
   Seratus tahun setelah om Obet Boyle menemukan hubungan antara volume dan tekanan, seorang ilmuwan berkebangsaan Perancis yang bernama om Jacques Charles (1746-1823) menyelidiki hubungan antara suhu dan volume gas. Berdasarkan hasil percobaannya, om Cale menemukan bahwa apabila tekanan gas dijaga agar selalu konstan, maka ketika suhu mutlak gas bertambah, volume gas pun ikt2an bertambah, sebaliknya ketika suhu mutlak gas berkurang, volume gas juga ikut2an berkurang. Hubungan ini dikenal dengan julukan hukum Charles. Secara matematis ditulis sebagai berikut :
   v = kt, dengan k adalah konstanta
kemudian untuk gas dalam suatu wadah yang mengalami perubahan volum dan suhu dari keadaan 1 ke keadaan 2 saat tekanan dan massa dijaga konstan, dapat dirumuskan berikut :
=
dengan v1 = volum gas mula-mula (m3)
v2 = volum gas akhir (m3)
t1 = suhu gas mula-mula (k)
t2 = suhu gas akhir (k)
   Hukum Gay-Lussac
      Setelah om obet Boyle dan om Charles mengabadikan namanya dalam ilmu fisika, om Joseph Gay-Lussac pun tak mau ketinggalan. Berdasarkan percobaan yang dilakukannya, om Jose menemukan bahwa apabila volume gas dijaga agar selalu konstan, maka ketika tekanan gas bertambah, suhu mutlak gas pun ikut2an bertambah. Demikian juga sebaliknya ketika tekanan gas berkurang, suhu mutlak gas pun ikut2an berkurang. Istilah kerennya, pada volume konstan, tekanan gas berbanding lurus dengan suhu mutlak gas. Hubungan ini dikenal dengan julukan Hukum Gay-Lussac. Secara matematis ditulis sebagai berikut :
   
atau  p = c.t
= c   ===>  v = tetap
untuk gas dalam suatu wadah yang mengalami pemanasan dengan volum dijaga tetap, pada proses 1 dan 2 hukum gey lussac dapat ditulis seperti berikut :
=     ===>  v = tetap
dengan  p1 = tekanan mula-mula (atm)
p2 = tekanan akhir (atm)
t1 = suhu mutlak mula-mula (k)
t2 = suhu akhir (k)
   Hubungan antara suhu, volume dan tekanan gas
Hukum Boyle, hukum Charles dan hukum Gay-Lussac baru menurunkan hubungan antara suhu, volume dan tekanan gas secara terpisah. Bagaimanapun ketiga besaran ini memiliki keterkaitan erat dan saling mempengaruhi. Karenanya, dengan berpedoman pada ketiga hukum gas di atas, kita bisa menurunkan hubungan yang lebih umum antara suhu, volume dan tekanan gas. Gurumuda tulis lagi ketiga perbandingan di atas biar dirimu lebih nyambung :
Jika perbandingan 1, perbandingan 2 dan perbandingan 3 digabung menjadi satu, maka akan tampak seperti ini :
Persamaan ini menyatakan bahwa tekanan (P) dan volume (V) sebanding dengan suhu mutlak (T). Sebaliknya, volume (V) berbanding terbalik dengan tekanan (P).
Perbandingan 4 bisa dioprek menjadi persamaan :
  
  Keterangan :
P1 = tekanan awal (Pa atau N/m2)
P2 = tekanan akhir (Pa atau N/m2)
V1 = volume awal (m3)
V2 = volume akhir (m3)
T1 = suhu awal (K)
T2 = suhu akhir (K)
(Pa = pascal, N = Newton, m2 = meter kuadrat, m3 = meter kubik, K = Kelvin)
    Hubungan antara massa gas (m) dengan volume (V)
Sejauh ini kita baru meninjau hubungan antara suhu, volume dan tekanan gas. Massa gas masih diabaikan… Kok gas punya massa ya ? yupz… Setiap zat alias materi, termasuk zat gas terdiri dari atom-atom atau molekul-molekul. Karena atom atau molekul mempunyai massa maka tentu saja gas juga mempunyai massa. Kalau dirimu bingung, silahkan pelajari lagi materi Teori atom dan Teori kinetik.
Pernah meniup balon ? ketika dirimu meniup balon, semakin banyak udara yang dimasukkan, semakin kembung balon tersebut. Dengan kata lain, semakin besar massa gas, semakin besar volume balon. Kita bisa mengatakan bahwa massa gas (m) sebanding alias berbanding lurus dengan volume gas (V). Secara matematis ditulis seperti ini :
Jika perbandingan 4 digabung dengan perbandingan 5 maka akan tampak seperti ini :
   Jumlah mol (n)
Sebelum melangkah lebih jauh, terlebih dahulu kita bahas konsep mol. Dari pada kelamaan, kita langsung ke sasaran saja… 1 mol = besarnya massa suatu zat yang setara dengan massa molekul zat tersebut. Massa dan massa molekul tuh beda. Biar paham, amati contoh di bawah…
Contoh 1, massa molekul gas Oksigen (O2) = 16 u + 16 u = 32 u (setiap molekul oksigen berisi 2 atom Oksigen, di mana masing-masing atom Oksigen mempunyai massa 16 u). Dengan demikian, 1 mol O2 mempunyai massa 32 gram. Atau massa molekul O2 = 32 gram/mol = 32 kg/kmol
   Contoh 2, massa molekul gas karbon monooksida (CO) = 12 u + 16 u = 28 u (setiap molekul karbon monooksida berisi 1 atom karbon (C) dan 1 atom oksigen (O). Massa 1 atom karbon = 12 u dan massa 1 atom Oksigen = 16 u. 12 u + 16 u = 28 u). Dengan demikian, 1 mol CO mempunyai massa 28 gram. Atau massa molekul CO = 28 gram/mol = 28 kg/kmol
    Contoh 3, massa molekul gas karbon dioksida (CO2) = [12 u + (2 x 16 u)] = [12 u + 32 u] = 44 u (setiap molekul karbon dioksida berisi 1 atom karbon (C) dan 2 atom oksigen (O). Massa 1 atom Carbon = 12 u dan massa 1 atom oksigen = 16 u). Dengan demikian, 1 mol CO2 mempunyai massa 44 gram. Atau massa molekul CO2 = 44 gram/mol = 44 kg/kmol.
Sebelumnya kita baru membahas definisi satu mol. Sekarang giliran jumlah mol (n). Pada umumnya, jumlah mol (n) suatu zat = perbandingan massa zat tersebut dengan massa molekulnya. Secara matematis ditulis seperti ini :
Contoh 1 : hitung jumlah mol pada 64 gram O2
Massa O2 = 64 gram
Massa molekul O2 = 32 gram/mol
Contoh 2 : hitung jumlah mol pada 280 gram CO
Massa CO = 280 gram
Massa molekul CO = 28 gram/mol
Contoh 3 : hitung jumlah mol pada 176 gram CO2
Massa CO2 = 176 gram
Massa molekul CO2 = 44 gram/mol
Konstanta gas universal (R)
Perbandingan yang sudah diturunkan di atas (perbandingan 6) bisa diubah menjadi persamaan dengan menambahkan konstanta perbandingan. Btw, berdasarkan penelitian yang dilakukan om-om ilmuwan, ditemukan bahwa apabila kita menggunakan jumlah mol (n) untuk menyatakan ukuran suatu zat maka konstanta perbandingan untuk setiap gas memiliki besar yang sama. Konstanta perbandingan yang dimaksud adalah konstanta gas universal (R). Universal = umum, jangan pake bingung…
R = 8,315 J/mol.K
= 8315 kJ/kmol.K
= 0,0821 (L.atm) / (mol.K)
= 1,99 kal / mol. K
(J = Joule, K = Kelvin, L = liter, atm = atmosfir, kal = kalori)
   HUKUM GAS IDEAL (dalam jumlah mol)
     Setelah terseok-seok, akhirnya kita tiba di penghujung acara pengoprekan rumus. Perbandingan 6 (tuh di atas) bisa kita tulis menjadi persamaan, dengan memasukan jumlah mol (n) dan konstanta gas universal (R)…
PV = nRT
Persamaan ini dikenal dengan julukan hukum gas ideal alias persamaan keadaan gas ideal.
Keterangan :
P = tekanan gas (N/m2)
V = volume gas (m3)
n = jumlah mol (mol)
R = konstanta gas universal (R = 8,315 J/mol.K)
T = suhu mutlak gas (K)
CATATAN :
Pertama, dalam penyelesaian soal, dirimu akan menemukan istilah STP. STP tuh singkatan dari Standard Temperature and Pressure. Bahasanya orang bule… Kalau diterjemahkan ke dalam bahasa orang Indonesia, STP artinya Temperatur dan Tekanan Standar. Temperatur = suhu.
Temperatur standar (T) = 0 oC = 273 K
Tekanan standar (P) = 1 atm = 1,013 x 105 N/m2 = 1,013 x 102 kPa = 101 kPa
Kedua, dalam menyelesaikan soal-soal hukum gas, suhu alias temperatur harus dinyatakan dalam skala Kelvin (K)
Ketiga, apabila tekanan gas masih berupa tekanan ukur, ubah terlebih dahulu menjadi tekanan absolut. Tekanan absolut = tekanan atmosfir + tekanan ukur (tekanan atmosfir = tekanan udara luar)
Keempat, jika yang diketahui adalah tekanan atmosfir (tidak ada tekanan ukur), langsung oprek saja tuh soal.
Contoh soal 1 :
Pada tekanan atmosfir (101 kPa), suhu gas karbon dioksida = 20 oC dan volumenya = 2 liter. Apabila tekanan diubah menjadi 201 kPa dan suhu dinaikkan menjadi 40 oC, hitung volume akhir gas karbon dioksida tersebut…
Panduan jawaban :
P1 = 101 kPa
P2 = 201 kPa
T1 = 20 oC + 273 K = 293 K
T2 = 40 oC + 273 K = 313 K
V1 = 2 liter
V2 = ?
Tumbangkan soal :
Volume akhir gas karbon dioksida = 1,06 liter
Contoh soal 2 :
Tentukan volume 2 mol gas pada STP (anggap saja gas ini adalah gas ideal)
Panduan jawaban :
Volume 2 mol gas pada STP (temperatur dan tekanan stadard) adalah 44,8 liter. Berapa volume 1 mol gas pada STP ? itung sendiri….
Contoh soal 3 :
Volume gas oksigen pada STP = 20 m3. Berapa massa gas oksigen ?
Panduan jawaban :
Volume 1 mol gas pada STP = 22,4 liter = 22,4 dm3 = 22,4 x 10-3 m3 (22,4 x 10-3 m3/mol)
Volume gas oksigen pada STP = 20 m3
Massa molekul oksigen = 32 gram/mol (massa 1 mol oksigen = 32 gram). Dengan demikian, massa gas oksigen adalah :
Catatan :
Kadang massa molekul disebut sebagai massa molar. Jangan pake bingung, maksudnya sama saja… Massa molar = massa molekul
Contoh soal 4 :
   Sebuah tangki berisi 4 liter gas oksigen (O2). Suhu gas oksigen tersebut = 20 oC dan tekanan terukurnya = 20 x 105 N/m2. Tentukan massa gas oksigen tersebut (massa molekul oksigen = 32 kg/kmol = 32 gram/mol)
Panduan jawaban :
P = Patm + Pukur = (1 x 105 N/m2) + (20 x 105 N/m2) = 21 x 105 N/m2
T = 20 oC + 273 = 293 K
V = 4 liter = 4 dm3 = 4 x 10-3 m3
R = 8,315 J/mol.K = 8,315 Nm/mol.K
Massa molekul O2 = 32 gram/mol = 32 kg/kmol
Massa O2 = ?
Massa gas oksigen = 110 gram = 0,11 kg
   HUKUM GAS IDEAL (Dalam jumlah molekul)
Kalau sebelumnya Hukum gas ideal dinyatakan dalam jumlah mol (n), maka kali ini hukum gas ideal dinyatakan dalam jumlah molekul (N). Sebelum menurunkan persamaannya, terlebih dahulu baca pesan-pesan berikut ini…
Seperti yang telah gurumuda jelaskan sebelumnya, apabila kita menyatakan ukuran zat tidak dalam bentuk massa (m), tapi dalam jumlah mol (n), maka konstanta gas universal (R) berlaku untuk semua gas. Hal ini pertama kali ditemukan oleh alhamrum Amedeo Avogadro (1776-1856), mantan ilmuwan Italia. Sekarang beliau sudah beristirahat di alam baka… Almahrum Avogadro mengatakan bahwa ketika volume, tekanan dan suhu setiap gas sama, maka setiap gas tersebut memiliki jumlah molekul yang sama. Kalimat yang dicetak tebal ini dikenal dengan julukan hipotesa Avogadro (hipotesa = ramalan atau dugaan). Hipotesa almahrum Avogadro ini sesuai dengan kenyataan bahwa konstanta R sama untuk semua gas. Berikut ini beberapa pembuktiannya :
     Pertama, jika kita menyelesaikan soal menggunakan persamaan hukum gas ideal (PV = nRT), kita akan menemukan bahwa ketika jumlah mol (n) sama, tekanan dan suhu juga sama, maka volume semua gas akan bernilai sama, apabila kita menggunakan konstanta gas universal (R = 8,315 J/mol.K). Karenanya dirimu jangan pake heran kalau pada STP, setiap gas yang memiliki jumlah mol (n) yang sama akan memiliki volume yang sama. Volume 1 mol gas pada STP = 22,4 liter. Volume 2 mol gas = 44,8 liter. Volume 3 mol gas = 67,2 liter. Dan seterusnya… ini berlaku untuk semua gas.
    Kedua, jumlah molekul dalam 1 mol sama untuk semua gas. Jumlah molekul dalam 1 mol = jumlah molekul per mol = bilangan avogadro (NA). Jadi bilangan Avogadro bernilai sama untuk semua gas. Besarnya bilangan Avogadro diperoleh melalui pengukuran :
NA = 6,02 x 1023 molekul/mol = 6,02 x 1023 /mol
= 6,02 x 1026 molekul/kmol = 6,02 x 1026 /kmol
Untuk memperoleh jumlah total molekul (N), maka kita bisa mengalikan jumlah molekul per mol (NA) dengan jumlah mol (n).
Kita oprek lagi persamaan Hukum Gas Ideal :
Ini adalah persamaan Hukum Gas Ideal dalam bentuk jumlah molekul.
    Keterangan :
P = Tekanan
V = Volume
N = Jumlah total molekul
k = Konstanta Boltzmann (k = 1,38 x 10-13 J/K)
T = Suhu
    Volume
1 liter (L) = 1000 mililiter (mL) = 1000 centimeter kubik (cm3)
1 liter (L) = 1 desimeter kubik (dm3) = 1 x 10-3 m3
     Tekanan
1 N/m2 = 1 Pa
1 atm = 1,013 x 105 N/m2 = 1,013 x 105 Pa = 1,013 x 102 kPa = 101,3 kPa (biasanya dipakai 101 kPa)
Pa = pascal
atm = atmosfir
      Referensi
Giancoli, Douglas C., 2001, Fisika Jilid I (terjemahan), Jakarta : Penerbit Erlangga
Halliday dan Resnick, 1991, Fisika Jilid I, Terjemahan, Jakarta : Penerbit Erlangga
Tipler, P.A.,1998, Fisika untuk Sains dan Teknik-Jilid I (terjemahan), Jakarta : Penebit Erlangga
Young, Hugh D. & Freedman, Roger A., 2002, Fisika Universitas (terjemahan), Jakarta : Penerbit Erlangga
KESIMPULAN
1.    Hukum Boyle adalah  bahwa hasil kali antara tekanan dan volum akan bernilai konstan selama massa dan suhu gas dijaga konstan
2.    Hukum Charles adalah hukum gas ideal pada tekanan tetap yang menyatakan bahwapada tekanan tetap, volume gas ideal bermassa tertentu berbanding lurus terhadap temperaturnya (dalam Kelvin).
3.    Gay-Lussac menemukan bahwa Tekanan dari sejumlah tetap gas pada volum yang tetap berbanding lurus dengan temperaturnya dalam kelvin
4.    Hukum Gas Ideal (dalam jumlah mol) mengatakan bahwa ketika volume, tekanan dan suhu setiap gas sama, maka setiap gas tersebut memiliki jumlah molekul yang sama.

Sabtu, 15 Desember 2012

KATA MUTIARA



BAB I
PENDAHULUAN
A.   LATAR BELAKANG
Mengajar merupakan istilah kunci yang hampir tak pernah luput dari pembahasan mengenai pendidikan karena keeretan hubungan keduanya. Sebagian orang menganggap mengajar hanya sebagian dari upaya pendidikan.
Merujuk kepada pola kependidikan dan keguruan Rasulullah Saw. Dalam perspektif islam, guru menjadi posisi kunci dalam membentuk kepribadian muslim yang sejati. Keberhasilan Rasul Saw. dalam mengjar dan mendidik umatnya, lebih banyak menyentuh aspek perilaku, yaitu contoh teladan yang baik dari Rasul ( uswatun hasanah).[1]
Sebagian orang menganggap bahwa mengajar tak berbeda dengan mendidik. Oleh karenanya, istilah mengajar/ pengajaran yang dalam bahasa Arab disebut ta’lim dan dalan bahasa Inggris teaching itu kurang lebih sama artinya dengan pendidikan yakni tarbiyah dalam bahasa Arab dan indication dalam bahasa inggris. Implikasinya ialah, setiap kegiatan kependidikan yang bersifat formal hendaknya dilakukan oleh pendidik professional yang bertugas antara lain melaksanakan pembelajaran (baca; proses membuat murid belajar) sebagai mana yang diisyaraikan dalam UU No. 20/2003 Bab XI pasal 39 ayat 2.[2]
Definisi Mengajar
Pengertian yang umum dipahami orang terutama mereka yang awam dalam bidang-bidang studi pendidikan, ialah bahwa mengajar itu merupakan penyampaian pengetahuan dan kebudayaan kepada siswa.[3] Adapun yang mengatakan mengajar adalah tugas guru untuk menuangkan sejumlah bahan pelajaran kedalam otak anak didik. Guru yang mengajar dan mendidik dan anak didik yang belajar menerima bahan pelajaran dari guru dikelas.[4]
Arifin (1978) mendefinisikan mengajar sebagai suatu rangkaian kegiatan penyampaian bahan pelajaran kepada murid agar dapat menerima, menangapi, menguasai, dan mengembangkan bahan pelajaran itu.
Tyson dan Caroll (1970), setelah mempelajari seksama sejumlah teori pembelajaran, menyimpulkam bahwa mengajar adalah sebuah cara atau sebuah proses hubungan timbal balik antara siswa dan guru yang sama-sama aktif melakukan kegiatan. Sehubungan dengan definisi itu, Tyson dan Caroll menetapkan sebuah syarat, yaitu apabila interaksi antar personal (guru dan siswa) didalam kelas terjadi dengan baik, maka kegiatan belajar akan terjadi. Sebaliknya, jika interaksi guru dan siswa buruk, maka kegiatan belajarpun tidak akan terjadi atau mungkin terjadi tetapi tidak sesuai dengan harapan.
Nasution (1986) berpendapat bahwa mengajar adalah suatu aktivis mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dalam menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi proses belajar. Lingkungan dalam pengertian ini tidak hanya ruang kelas (ruang belajar), tetapi mengikuti guru, alat peraga, perpustakaan, laboratorium dan sebagainya yang relevan dengan kegiatan belajar siswa.
Tardif (1989) mendefinisikan mengajar secara lebih sederhana tetapi cukup konvehensif dengan menyatakan bahwa mengajar itu pada prinsipnya adalah … ani ection performed by on individual (the teacher) with the intention of  facilitating learning in another indifidual (the learner). Artinya, mengajar adalah perbuatan yang dilakukan seseorang (dalam hal ini guru) dengan tujuan membantu atau memudahkan orang lain (dalam hal ini siswa) melakukan kegiatan balajar.
Biggs (1991), seorang pakar psikologi kognitif masa kini, membagi konsep mengajar dalam tiga macam pengertian.
a.       Pengertian kuantitatif (yang menyangkut jumlah pengertian  yang diajarkan).
b.      Pengertian institusional (yang menyangkut kelembagaan atau sekolah).
c.       Pengertian kualitatif (yang menyangkut mutu hasil yang ideal).[5]

Menurut Sudirman (1990),  hakikat mengajar adalah usaha untuk menciptakan kondisi atau system lingkungan yang mendukung dan memungkinkan berlansungnya proses belajar siswa, mahasiswa (peserta didik). Kalau aktifitas belajar dilakukan oleh siswa dan mahasiswa sedangkan kegiatan mengajar dilakukan oleh guru atau dossen (pendidik) sebagai pengajar dikelas.[6]

B.    TUJUAN PEMBAHASAN
a)      Mahasiswa dapat memahami pengertian konsep mengajar.
b)      Mahasiswa dapat mengetahui teori-teori tentang konsep mengajar.
c)      Mahasiswa dapat mengerti strategi-strategi pendekatan pengajaran yang wajar di ajarkan kepada peserta didik.
d)     Dapat memahami macam-macam metode yang terdapat dalam pengajaran.












BAB II
PEMBAHASAN
A.   TEORI TENTANG KONSEP MENGAJAR
Ada dua macam aliran pandangan yang berbeda dalam melihat profesi mengajar. Aliran pertama menganggap mengajar sebagai ilmu, sedangkan aliran kedua menganggap mengajar sebagai seni.

1.      Mengajar Sebagai Ilmu
Sebagian ahli memandang mengajar sebagai ilmu (science). Oleh karnanya, guru merupakan sosok pribadi manusia yang memang sengaja dibangun untuk menjadi tenaga frofesional yang memiliki frofisiensi (berpengetahuan dan berkemampuan tinggi) dalam dunia pendidikan yang berkompeten untuk melakukan tugas mengajar.
Seorang pakar pskologi pendidikan, J.M. Stephens, berpendapat bahwa seorang yang profesional seharusnya memiliki keyakinan yang mendalam terhadap ilmu yang berhubungan dengan proses kependidikan yang dapat menyelesaikan masalah-masalah yang besar itu. Hal ini penting, karena menurutnya itu terkadang berbentuk proses yang emosional dan entusiastik  yang dapat menghambat penerapan secara persis teori-teori ilmu pengetahuan (Barlow, 1985).[7]
2.      Mengajar Sebagai Seni
Sebagian ahli lainnya memandang bahwa mengajar adalah seni (art), bukan ilmu. Oleh karenanya, tidak semua orang berilmu (termasuk orang yang berilmu pendidikan) bisa menjadi guru yang piawai dalam hal mengajar.
Sehubungan dengan pandangan diatas, seoang guru besar sastra Gilbert Hight dalam bukunya The Art of Teakching (Seni Mengajar) menegaskan bahwa, …teaching is an art, not a science yakni mengajar adalah sebuah seni, bukan sebuah  ilmu (Barlow, 1985). Menurutnya, penerapan tujuan dan metode sebuah ilmu kepada manusia itu (dalam pengajaran) sangat berbahaya, meskipun prinsip statistikdan diaknosis staintifikdapat menjelaskan tingkah laku dan struktur fisik aneka ragam kelompok manusia.[8]
Mengajar sebagai ilmu dan mengajar sebagai seni itu terdapat benang merah yang membuat keduanya saling terikat dan saling mempengaruhi satu sama lain. Dengan demikian, hubungan antara bakat keguruan dengan proses belajar yang sesuai dengan bakat itu, ibarat hubungan antara dua sisi mata uang logam yang berfungsi saling melengkapi.[9]

B.    STRATEGI DAN CONTOH MENGAJAR
1.      Strategi Mengajar
Dalam perspektif psikologi, kata strategi yang berasal dari bahasa Yunani itu, berarti rencana tindakan yang terdiri atas seperangkat langkah untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan (Reber, 1988). Seorang pakar psikologi pendidikan Autralia Mechael J. Lawson (1991) mengartikan strategi sebagai prosedur mental yang berbentuk tatanan langkah yang menggunakan upaya ranah cipta untuk mencapai tujuan tertentu.[10]
Dibandingkan dengan metode mengajar, strategi mengajar mengajar sebenarnya masih relative baru dalam dunia pengajaran. Ia mulai popular setelah Hilda Taba pada tahun 1960-an menjelaskan kiat-kiat khusus mengajar kecakapan berfikir untuk anak-anak (Tradif, 1989). Strategi mengajar tidak terlepas dari metode mengajar, karena merupakan kiat praktis yang dipakai guru untuk mengajarkan materi pelajaran tertentu pula seperti metode ceramah, metode ceramah plus, dan sebagainya.[11]
Strategi Mengajar SPELT
Dalam dunia pendidikan dan pengajaran  modern terdapat cukup banyak strategi khusus dirancang untuk mengajar dengan materi tertentu sehingga mencapai kecakapan yang diinginkan. Diantara strategi-strategi mengajar itu terdapat sebuah strategi mengajar berdasarkan strategis koknitif yang relatif masih aktual. Strategi ini bernama strategy program for effectitve learning/ teaching disingkat SPELT. Program SPELT ini dirancang dan diujicobakan Robert F. Mulcahy, seorang guru besar yang mengepalai the cognitive  education project (proyek pendidikan Ranah Cipta) pada jurusan pskologi pendidikan, universitas Alberta.
Sesuai dengan namanya, stategi SPELT tadi sengaja direkayasa untuk memperbaiki dan meningkatkan keefektivan belajar dan berpikir siswa, terutama yang menduduki kelas akhir sekolah dasar dan kelas-kelas sekolah menengah. Secara eksplisit tujuan strategi ini ialah membuat siswa menjadi:
1.      Penuntut ilmu yang aktif sebagai pemikir dan pemecah masalah;
2.      Penuntut ilmu yang mandiri, memiliki rencana dan strategi sendiri yang efisien dalam mendekati belajar;
3.      Penuntut ilmu yang lebih sadar akan kemampuan pengendalian proses berpikirnya sendiri (metacognitive awareness).
Dalam melakukan strategi SPELT, guru perlu mengikuti tiga macam langkah panjang dan terpisah dalam arti mengambil waktu yang berbeda tetapi berurutan, yaitu;
1.      Direct strategy instruction (pengajaran dengan strategi langsung)
2.      Teaching for transfer (mengajar untuk mentransfer strategi)
3.      Generating elaborative strategies (pembangkitan strategi belajar siswa yang luas dan terperinci)[12]

2.      Contoh Mengajar
Selaku pengelolaan kegiatan siswa, guru sangat diharapkan menjadi pembimbing dan pembantu para siswa, bukan hanya mereka berada dalam kelas saja melainkan mereka berada diluar kelas, khususnya mereka masih berada dilingkungan sekolah seperti diperpustakaan, di laboratorium, dan sebagainya.
Dalam hal menjadi pembimbing, guru perlu mengaktualisasikan (mewujudkan) kemampuannya dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1.      Membimbing kegiatan belajar siswa, khususnya ketika mengajar tidak hanya berarti berceramah di muka kelas, tetapi juga memberikan peluang seluas-luasnya kepada siswa tersebut untuk melakukan aktifitas belajarnya. Contoh; jika para siswa sedang diajari menulis, maka siswa itulah yang seharusnya lebih banyak mendapat peluang menulis, bukan guru. Tugas guru yang paling penting dalam hal ini adalah member contoh dan dorongan persuasif kepada para siswa serta menata lingkungan sebaik-baiknya, sehingga memungkinkan mereka belajar dengan mudah.
2.      Membimbing pengalaman para siswa, guru dituntut untuk menghubungkan mereka dengan lingkungannya. Haal ini penting karena dalam pengalaman berinteraksi dengan lingkungannya itulah sesungguhnya para siswa mengalami proses pembelajaran. Dengan demikian, maka selaku guru sepatutnya menjaga ruang kelas, laboratorium, perpustakaan, alat-alat peraga, dan lain-lain komponen lingkungan kependidikan agar tetap dalam kondisi yang baik dan siap pakai.
Kegiatan mengajar sebuah materi pelajaran bukan semata-mata agar siswa menguasai pengetahuan / materi pelajaran tersebut, lalu naik kelas, melainkan juga ia memamfaatkan pengetahuan dan keterampilannya dalam kehidupan sehari-hari.[13]

C.   METODE POKOK MENGAJAR
Metode secara harfiah berarti “cara”. Sedangkan secara istilah  metode mengajar adalah cara yang berisi prosedur buku yang melaksanakan kegiatan kependidikan, khususnya kegiatan penyajian materi pelajaran kepada siswa (Tradif, 1989).[14]
Mengajar secara efektif sangat bergantung pada pemilihan dan penggunaan metode mengajar yang serasi dengan tujuan mengajar. Guru-guru yang telah berpengalaman umumnya sependapat, bahwa masalah ini sangat penting bagi para calon guru karena menyangkut kelancaran tugasnya. Karena itu, pelajarilah secara teliti metode-metode mengajar itu sampai saudara mempunyai keyakinan, Kesanggupan, dan pengalaman-pengalaman praktis serata mampu mempergunakannya sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan khusus yang berada daerah perhatian anak. Metode mengajar yang dipergunakan akan menentukan suksesnya pekerjaan saudara selaku guru di kelas.[15]
Ada empat macam metode mangajar yang dipandang representatif dan dominan dalam arti digunakan secara luas sejak dahulu hingga sekarang pada setiap jenjang pendidikan formal. Tiga dari empat metode mengajar tersebut bersifat khas dan mandiri, sedangkan metode lainnya merupakan kombinasi antara satu metode dengan metode lainnya. Metode campuran ini disebut “metode plus” bersifat terbuka artinya setiap campuran metode tersebut sesuai dengan kebutuhan. Merekayasa metode plus bukanlah hal yang tabu dalam dunia pendidikan modern, agar tidak menyimpang dari prinsip-prinsip, pskologis-didaktis yang telah diakui keabsahannya dalam dunia kependidikan.[16]

1.      Metode Ceramah
Metode ceramah atau kuliah (lecture method) adalah sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan pada sejumlah siswa yang pada umumnya mengekuti secara pasif. Aktifitas siswa dalam pengajaran yang menggunakan metode ini hanya menyimak sambil sesekali mencatat. Meskipun begitu, para guru yang terbuka kadang-kadang memberi peluang bertanya kepada sebagian kecil siswanya.[17]
Kebaikan dan kelemahan metode ceramah
Berbagai menunjukkan bahwa metode ceramah ini efektif menyajikan bahan yang bersifat informatif atau teoritis dan tidak memerlukan ingatan (retensi) yang harus tahan lama, disampaikan kepada kelompok siswa (audience) yang lebih besar dari 40 orang, sumber-sumber pelajaran sulit didapat (amat terbatas), fasilitas ruangan dan tenaga guru terbatas.
Sedangkan kelemahannya, diantaranya ialah terbatasnya kesempatan partisipasi siswa (audience); hanya bersifat mentaly processing saja (itu pun bagi mereka yang mempunyai kemampuan daya tangkap dan kecocokan latar belakang dengan permasalahan yang dibicarakan); kalau penceramah kurang mampu mempergunakan berbagai teknik secara bervariasi, dapat mendatangkan kejemuan; begitu juga kalau waktunya terlalu lama serta situasi dalam forumnya kurang tertib.
Meskipun terdapat kelemahn-kelemahan tadi menurur Gage and Berliner (1975:463-465) tidak jarang guru yang memperoleh keputusan dan reinforcement dengan adanya perhatian dan tanda-tanda persetujuan atau kepuasan dari audience. Begitu juga bagi siswa (terutama yang merasa kurang mampu beljar sendiri atau membaca sendiri). Mereka memperoleh pelajaran dari sumber yang meyakinkan.[18]

2.      Metode Diskusi
Metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan belajar memecahkan masalah (problem solving). Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok (group discussoin) dan resitasi bersama (socialized recitation). Aplikasi metode diskusi biasanya melibatkan seluruh siswa atau sejumlah siswa tertentu yang diatur dalam bentuk kelompok-kelompok. Tujuan penggunaan metode diskusi ialah untuk memotivasi (menderong) dan member stimulasi (member ransangan) kepada siswa agar berfikir dengan renungan yang dalam (reflective thingking).[19]
Kebaikan dan Kelemahan Metode Diskusi
            Metode diskusi telah memberikan mamfaat ganda, antara lain:
·         Memungkinkan penguasaan perilaku kognitif (process mental, logical, reasoning, berpikir kritis) yang lebih tinggi,
·         Menumbuhkan sikap saling memahami, tenggang rasa, mengendalikan diri melalui proses sosialisasi yang demokratis,
·         Menguatkan daya ingat (retensi), memudahkan transfer, menumbuhkan motif intrinsik untuk belajar;
·         Memupuk semangat kerjasama dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi melalui proses berfikir secara kelompok.
Seperti telah kita maklumi pula, bahwa kelemahan utama metode ini ialah banyak memakan waktu (time consuming). Kalau guru kurang menguasai penggunaannya, sering pembicaraan kurang mencaapai sasaran yang diharapkan.[20]
Meningat adanya kelemahan-kelemahan diatas maka guru yang berkehendak menggunakan metode diskusi sebaiknya terlebih dahulu mempersiapkan segala sesuatunya dengan rapi dan sistematis. Kecuali itu guru juga sangat dianjurkan untuk terus-menerus memantau dan mendorong seluruh siswa partisipan untuk turut mengembangkan buah pikirannya secara bebas. Dalam hal ini, peran seorang guru sebagai encourager yang memberi encouregermant (dorongan semangat dan membesarkan hati) sangat diperlukan terutama oleh peserta yang tergolong kurang pintar atau pendiam.[21]

3.      Metode Demonstrasi
Demonstrasi dalam hubungannya dengan penyajian informasi dapat diartikan sebagai upaya kerajaan atau pertunjukan tentang cara melakukan atau mengerjakan sesuatu. Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara lansung maupun melalui media pengajaran yang relefan dengan pokok bahasan  atau materi yang sedang disajikan.
Tujuan pokok penggunaan metode demonstrasi dalam proses belajar mengajar ialah untuk memperjelas pengertian konsep dan memperlihatkan (meneladani) dalam melakukan sesuatu atau proses terjadinya sesuatu. Ditinjau dari sudut tujuan penggunaannya dapat dikatakan bahwa metode demonstrasi bukan metode yang dapat diimplementasikan dalam PMB secara independen, karena ia merupakan alat bantu memperjelas apa-apa yang diuraikan, baik secara verbal maupun secara tekstual. Jadi metode demontrasi lebih berfungsi sebagai strategi mengajar yang digunakan untuk menjalankan metode mengajar tertentu seperti metode ceramah.[22]
Kebaikan dan Kelemahan Metode Demonstrasi
Banyak keuntungan psikologis paedagogies yang dapat diraih dengan menggunakan demonstrasi, antara lain yang terpenting ialah:
·         Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan;
·         Proses belajar siswa lebih terarah pada materi ynag sedang dipelajari;
·         Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa. (Daradjat 1985).
Seperti metode-metode lainnya, metode ini juga mengandung kelemahan-kelemahan yaitu:
·         Mahalnya biaya yang harus dikeluarkan terutama untuk pengadaan alat-alat modern;
·         Demonstrasi tak dapat diikuti / dilakukan dengan baik oleh siswa yang memiki cacat tubuh atau kelainan / kekurangmampuan fisik tertentu.

4.      Metode Ceramah Plus
Metode ini sering dianggap biang keladi yang menimbulkan penyakit “verbalisme” dan budaya “bungkam” dikalangan pelajar, namun kenyataannya masih popular dimana-mana. Sebelum metode itu digunakan guru tentu perlu melakukan modifikasi atau penyesuaian seperlunya.
Metode ceramah plus tersebut dapat terdiri atas banyak metode campuran. Namun dalam kesempatan ini hanya tiga macam metode ceramah plus yang tersaji.
a.       Metode Ceramah Plus Tanya Jawab dan Tugas (CPTT)
b.      Metode Ceramah Plus Diskusi dan Tugas (CPDT)
c.       Metode Ceramah Plus Demonstrasi dan Latihan (CPDP)[23]





BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Ø  Mengajar merupakan istilah kunci yang hampir tak pernah luput dari pembahasan mengenai pendidikan karena keeretan hubungan keduanya. Sebagian orang menganggap mengajar hanya sebagian dari upaya pendidikan.
Ø  mengajar adalah tugas guru untuk menuangkan sejumlah bahan pelajaran kedalam otak anak didik. Guru yang mengajar dan mendidik dan anak didik yang belajar menerima bahan pelajaran dari guru dikelas.
Ø  Teori tentang konsep mengajar.
1.      Mengajar Sebagai Ilmu, sebagian ahli memandang mengajar sebagai ilmu (science). Oleh karnanya, guru merupakan sosok pribadi manusia yang memang sengaja dibangun untuk menjadi tenaga frofesional yang memiliki frofisiensi (berpengetahuan dan berkemampuan tinggi) dalam dunia pendidikan yang berkompeten untuk melakukan tugas mengajar.
2.      Mengajar Sebagai Seni, sebagian ahli lainnya memandang bahwa mengajar adalah seni (art), bukan ilmu. Oleh karenanya, tidak semua orang berilmu (termasuk orang yang berilmu pendidikan) bisa menjadi guru yang piawai dalam hal mengajar.
Ø  Strategi Mengajar
Dalam perspektif psikologi, kata strategi yang berasal dari bahasa Yunani itu, berarti rencana tindakan yang terdiri atas seperangkat langkah untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan (Reber, 1988). Seorang pakar psikologi pendidikan Autralia Mechael J. Lawson (1991) mengartikan stategi seebagai prosedur mental yang berbentuk tatanan langkah yang menggunakan upaya ranah cipta untuk mencapai tujuan tertentu.
Ø  Contoh Mengajar
1.      Membimbing kegiatan belajar siswa, khususnya ketika mengajar tidak hanya berarti berceramah di muka kelas, tetapi juga memberikan peluang seluas-luasnya kepada siswa tersebut untuk melakukan aktifitas belajarnya.
2.      Membimbing pengalaman para siswa, guru dituntut untuk menghubungkan mereka dengan lingkungannya.

Ø  Metode Pokok Mengajar
1.      Metode ceramah atau kuliah (lecture method) adalah sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan pada sejumlah siswa yang pada umumnya mengekuti secara pasif.
2.      Metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan belajar memecahkan masalah (problem solving). Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok (group discussoin) dan resitasi bersama (socialized recitation).
3.      Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara lansung maupun melalui media pengajaran yang relefan dengan pokok bahasan  atau materi yang sedang disajikan.
4.      Metode ceramah plus tersebut dapat terdiri atas banyak metode campuran. Namun dalam kesempatan ini hanya tiga macam metode ceramah plus yang tersaji.
a.       Metode Ceramah Plus Tanya Jawab dan Tugas (CPTT)
b.      Metode Ceramah Plus Diskusi dan Tugas (CPDT)
c.       Metode Ceramah Plus Demonstrasi dan Latihan (CPDP)






DAFTAR PUSTAKA

Muhib Tohirin, Psikologi Pembelajaran Agama Islam, PT Raja Grafindo persada, Jakarta, 2005.
Muhibbin Syah, Pskologi Pendidikan, PT Remaja Rosdakarya, Bandung,  2010.
Saiful Bahri Djamarah, Fsikologi Belajar, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2002.
Iskandar, Psikologi Pendidikan, Gudang Persada Press, Ciputat, 2009.
W. James Popham dan Eva L Baker, Teknik Mengajar Secara Sistematis, PT Asdi Mahasatya, Jakarta, 2003.
Abin  Syamsuddin Makmum, Psikologi Kependidikan, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005.




























[1] Tohirin, Psikologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta, PT Raja Grafindo persada, 2005), hal.164
[2] Muhibbin Syah, Pskologi Pendidikan, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya,2010),  hal. 177-178
[3] Muhibbin Syah, …. , hal. 179-180
[4] Saiful Bahri Djamarah, Fsikologi Belajar, (Jakarta , PT  Rineka Cipta,2002), hal. 73.
[5] Muhibbin Syah, …. , hal. 179-180.
[6] Iskandar, Psikologi Pendidikan, ( Ciputat, Gudang Persada Press, 2009), hal.107
[7] Muhibbin Syah, …. , hal. 182.
[8]  Muhibbin Syah, …. , hal 184.
[9]  Muhibbin Syah, …. , hal 186.
[10] Muhibbin Syah, …. , hal 210-211.
[11] Muhibbin Syah, …. , hal. 211.
[12] Muhibbin Syah, …. , hal. 211-212.
[13] Muhibbin Syah, …. , hal. 182
[14] Muhibbin Syah, …. , hal. 198.
[15] W. James Popham dan Eva L Baker, Teknik Mengajar Secara Sistematis, (Jakarta, PT Asdi Mahasatya, 2003), hal. 141.
[16] Muhibbin Syah, …. , hal. 200.
[17] Muhibbin Syah, …. , hal. 200.
[18] Muhibbin Syah, …. , hal. 240-241
[19] Muhibbin Muhibbin Syah, …. , hal. 202.
[20] Abin  Syamsuddin Makmum, Psikologi Kependidikan, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2005), hal.244

[21] Muhibbin Syah, …. , hal: 205
[22] Muhibbin Syah, …. , hal. 205
[23] Muhibbin Syah , ….., hal.207