Tugas Fisika
Persamaan gerak
A. Vector satuan
Vektor-vektor Satuan i, j, k
Vektor satuan adalah vektor yang nilainya satu, dan arahnya tertentu.
i = vektor satuan pada arah sumbu x +
j = vektor satuan pada arah sumbu y +
k = vektor satuan pada arah sumbu z +
q Vektor 2 dimensi
Ket : vektor satuan
Sb x dinyatakan i
Sb y dinyatakan j
Sb z dinyatakan k
¢ Posisi awal r0 = 4i + 3j
¢ Posisi akhir rt = 8i + j
¢ Perpindahan ∆r = rt – r0
= ( 8i + j ) – ( 4i + 3j )
= ( 8i – 4i ) + ( j + 3j )
¢ Persamaan perpindahan
∆r = √42 + (-2)2
= √16 + 4
= √20
∆r = 2√5 m
q Vektor 3 dimensi
Ket : ( 2i, 3j, 3k ) = A0
( 6i, 8j, 3k ) = At
Posisi awal partikel (2i,3j,3k) saat detik ke 0 setelah 2s posisinya (8i,3j,2k).
¢ Posisi awal r0 = 2i + 3j + 3k
¢ Posisi akhir r2 = r2 – r0
= (8i+3j+2k) – (2i+3j+3k)
= 6i – 1k
∆r = √62 + (-1)2
= √36 + 1
= √37 m = 6,1 m
V = ∆r / ∆t
∆t
= 6,1 / 2 = 3,05 m/s
B. Koordinat Cartesius dan Polar
Diketahui koordinat cartesius adalah i, j, k
Dan koordinat polar adalah r, Ѳ
0o
|
30o
|
37o
|
45o
|
53o
|
60o
|
90o
| |
Cos
|
1
|
½√3
|
⅘
|
½√2
|
⅗
|
½
|
0
|
Sin
|
0
|
½
|
⅗
|
½√2
|
⅘
|
½√3
|
1
|
Tan
|
~
|
⅓√3
|
¾
|
1
|
⁴⁄₃
|
√3
|
0
|
Contoh :
P ( 4,3 )
4 = x = i
3 = y = j
Maka, koordinat cartesiusnya P ( 4i,3j )
r = √42 + 32
r = √25
r = 5 m
Tan Ѳ = Y / X = 3 / 4 = 37o
C. Perpindahan
Perpindahan merupakan besaran vektor.
Perpindahan = Perubahan posisi
∆r = rt – r0
Contoh :
Dik : 8 m ke arah timur dan 8 m ke arah barat.
І∆rІ = √82 + 82 + 2.8.8 cos 180o
= √64 + 64 + 2.64 (-1)
= √128 – 128
= √0 = 0
D. Jarak
Jarak merupakan besaran skalar.
Jarak = Jumlah dari posisi awal sampai dengan posisi akhir.
r = r0 + rt
Contoh :
Dik : waktu pertama 2 detik
r = r0 – rt
= 8 +8
= 16
r = r0 – rt
= 2 + V.t
= 2 + 4.2
= 10 m
E. Kecepatan
Jika
perpindahan posisi suatu benda dapat digambarkan dengan grafik
perpindahan terhadap waktu, maka kecepatan sesaatnya, yang merupakan
perpindahannya dalam satu satuan waktu, dapat dilihat dari kemiringan
(gradien) grafik tersebut suatu saat.
q Kecepatan rata – rata = perubahan posisi / perubahan waktu
Vr = rt – r0 / t
Contoh :
Dik : waktu pertama 2 detik, jaraknya 2 meter.
Vr = rt – r0 / t
= 10 -2 / 2 = 4 m/s
q Kecepatan sesaat
Kecepatan sesaat diturunkan dari persamaan posisi.
natn-1 diintegralkan atn+1 / n+1 + awal
Contoh :
Persamaan posisi r = ( 4t+2 ) meter
r = ( 4t1 + 2t0 ) meter
V = 1.4.t1-1 + 0.2.t0-1
= 4t0 + 0
= 4.1 = 4 m/s
q Percepatan rata – rata
αr = ∆V / ∆t = Vt – V0
F. Gerak
Gerak terdiri dari 3 macam, yaitu gerak translasi, gerak rotasi dan gerak parabola.
Gerak translasi terbagi menjadi 2 macam, yaitu Gerak Lurus Beraturan ( GLB ) dan Gerak Lurus Berubah Beraturan ( GLBB ).
1) Gerak Translasi
Perbedaan GLB dengan GLBB :
¢ Pada GLB kecepatannya ( v ) tetap, percepatannya ( α ) sama dengan 0 dan t berpangkat 1.
¢ Pada GLBB percepatannya ( α ) tetap, kecepatannya ( v ) berubah beraturan, dan t berpangkat > 1.
Gerak Translasi
| ||
Rumus
|
GLB
|
GLBB
|
Jarak
|
S = S0 + ( v.t )
|
S = S0 + (V0t + ½ αt2)
|
Perpindahan
|
∆r = rt – r0
|
∆r = rt – r0
|
Kec. Linier
|
V = s / t
|
Vt = V0 – αt
|
Kec. Sesaat
|
turunkan dari perubahan posisi
|
Turunkan dari perubahan posisi
|
Per. Sesaat
|
α = 0
|
Turunkan dari persamaan kecepatan
|
Kec. Rata-rata
|
Vr = ∆r / ∆t = rt – r0 / ∆t
|
Vr = ∆r / ∆t
|
Per. Rata-rata
|
α = 0
|
αt = ∆v / ∆t
|
Begitupun gerak rotasi yang terbagi menjadi 2 macam, yaitu Gerak
Melingkar Beraturan ( GMB ) dan Gerak Melingkar Berubah Beraturan ( GMBB
).
2) Gerak Rotasi
Perbedaan GMB dengan GMB :
¢ Pada GMB arah/lintasannya ( v ) selalu berubah, tegak lurus dengan jari-jari, kecepatan angulernya ( ω ) tetap dan t berpangkat 1.
¢ Pada GMBB kecepatan sudutnya ( α ) tetap, kecepatan angulernya ( ω ) berubah beraturan dan t berpangkat > 1 dan < 2.
Gerak Rotasi
| ||
Rumus
|
GMB
|
GMBB
|
Sudut yang ditempuh
|
Ѳ = (Ѳ0 + (ω.t)) rad
|
Ѳ = Ѳ0 + (ω0.t + ½α.t2)
|
Perubahan sudut
|
∆Ѳ = Ѳt – Ѳ0
|
∆Ѳ = Ѳt – Ѳ0
|
Kec. Anguler
|
ω = Ѳ / t , ω = 2π / t , ω = 2πf
|
ωt = ω0 + α.t
|
Kec. Sudut saat detik ke…
|
turunkan dari persamaan sudut
|
turunkan dari persamaan sudut
|
Per. Sudut saat detik ke…
|
α = 0
|
turunkan dari persamaan kecepatan
|
Kec. Sudut rata-rata
|
ωr = ∆Ѳ / ∆t = Ѳt – Ѳ0 / ∆t
|
ωr = ∆Ѳ / ∆t
|
Per. Sudut rata-rata
|
α = 0
|
αr = ∆ω / ∆t = ωt – ω0 / ∆t
|
3) Gerak Parabola
Gerak parabola perpaduan dari GLB pada sumbu x dengan GLBB pada sumbu y.
¢ Kecepatan pada sumbu x, Vx = V0 cos α (nilai Vx selalu tetap.)
¢ Kecepatan pada sumbu y, Vy = V0 sin α - gt (nilai Vy selalu berubah.)
¢ Kecepatan pada satu titik, V = √Vx2 + Vy2
¢ Waktu untuk mencapai puncak, ty = v0.sin α / g
¢ Lama di udara, tx = 2V0.sinα / g
¢ Jarak tejauh, x = V02.sin2α / g
¢ Jarak tertinggi, y = V02.sinα2 / 2g
¢ Keterangan :
Vx = kecepatan pada sumbu x ( m/s )
Vy = kecepatan pada sumbu y ( m/s )
V = kecepatan pada satu titik ( m/s )
tx = lama di udara ( s )
ty = waktu untuk mencapai puncak ( s )
x = jarak terjauh ( m )
y = jarak tertinggi ( m )
α = sudut elevasi ( ˚ )
Gaya
Gaya adalah tarikan atau dorongan yang berpengaruh pada keadaan suatu benda.
Macam-macam gaya :
¢ Gaya
berat ( w ) adalah gaya yang terjadi pada benda yang berada di medan
gravitasi bumi. Berat adalah gaya gravitasi Bumi yang bekerja pada suatu
benda. Vektor berat selalu berarah tegak lurus pada permukaan Bumi
menuju ke pusat bumi, menggambarnya dari pusat benda perpotongan
diagonal.
¢ Gaya
Normal ( N ) adalah gaya yang terjadi pada benda terhadap bidang dan
arahnya selalu lurus terhadap bidang, digambarkannya berupa anak panah.
¢ Gaya
Tegangan Tali ( T ) adalah gaya yang bekerja pada bidang benda yang
diikatkan pada tali dan arahnya mengikuti arah tali, menggambarkannya
dengan panah bolak-balik dan arahnya saling berlawanan.
¢ Gaya Pegas atau Gaya Hooke adalah gerak periodik yang dialami pegas sama dengan gerak pada ayunan.
Besar simpangan pegas = pertambahan panjang.
Pertambahan panjang = (sebanding lurus dengan) besara gaya.
Rumus : F = -k . ∆x K = konstanta
Arahnya selalu berlawanan arah dengan arah simpangan (arah gaya).
¢ Gaya
Gesekan ( F ) adalah gaya yang arahnya selalu berlawanan dengan arah
gerak atau arah gaya yang diberikan. Arah gaya gesekan searah dengan
permukaan bidang sentuh dan berlawanan dengan kecenderungan arah gerak.
Pada
saat benda dalam keadaan diam, gaya gesek yang bekerja disebut gaya
gesek statis. Besar gaya gesek statis dapat berubah-ubah tergantung
dari besar gaya yang menarik benda. Tapi gaya gesek statis ini mempunyai
nilai maksimum. Gaya gesek statis maksimum = (koefisien gesek statis) x
(Gaya Normal).
fs maks = µs.N
Pada
saat benda dalam keadaan bergerak, gaya gesek yang bekerja disebut gaya
gesek kinetis. Gaya gesek kinetis = (koefisien gesek kinetis) x (Gaya
Normal).
fk = µk.N
v Contoh : saat benda diam, gaya yang bekerja adalah gaya berat dan gaya normal.
v Contoh : saat benda masih diam, gaya yang bekerja gaya berat, gaya normal, gaadalah ya gesek statis dan gaya yang diberikan.
v Contoh : saat benda tepat akan bergerak.
m = 20 kg
w = m.g = 200 N
µs max = ???
Σfy = 0
N + (-w) = 0
N = w
N = 200 N
ΣFx = 0
F min + (-fs max) = 0
F min = fs max
fs max = 70 Newton
fs max = µs max . N
70 = µs max . 200
µs max = 0,35
v Contoh : saat benda bergerak.
m = 20 kg
µk = ???
α = 2 m/s2
Σfy = 0
N + (-w) = 0
N = w
N = 200 Newton
GLBB
ΣFx = m.α
90 - µk . N = 20 . 2
90 – 40 = µk . N
50 = µk . 200
µk = 0,25
Nilai µ 0 ≤ µ ≤ 1
- Saat licin sempurna µ = 0
- Saat kasar sempurna µ = 1
¢ Gaya
Gravitasi adalah besar gaya tarik-menarik berbanding lurus dengan
masing-masing benda dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara
keduanya.
F ~ Mm
F ~ 1 / r2
F ~ Mm / r2
F = G . Mm / r2
Semua benda yang bermassa pasti tertarik bila benda tersebut berada di medan garvitasi.
Medan gravitasi adalah wilayah yang masih dipengaruhi oleh sumbernya.
‘Semua benda yang bermassa dipengaruhi oleh medan gravitasi’.
F = G m1.m2 / r2
ΣFP = √Fap2 + Fbp2 + 2.Fap.Fbp . cosѲ
Fap = G ma.mp / rap2
Fbp = G . mb.m / rbp2
F = G . m / r2
Σg = √ga2 + gb2 + 2.ga.gb . cosѲ
gA = G . ma / rap2
gB = G . mb / rbp2
Kuat medan gravitasi adalah gaya yang dialami oleh setiap benda yang bermassa.
g = G M / r2
Energi Potensial Gravitasi adalah energi yang digunakan untuk melawan gaya gravitasi. ( - )
EP = -F . r
EP = -G Mm / r
Potensial gravitasi adalah energi potensial yang dimiliki benda bermassa M.
V = EP / m
V = G . M / r
Gaya Sentripental
GMB ΣF = 0
FBS + (-FSP) = 0
FBS = FSP
G MB.MS / (rBS)2 = MS . VS2 / rSB
Keterangan :
F = Gaya ( N )
G = konstanta gravitasi = 6,672.10-11 Nm2kg-2
m = massa benda ( kg )
M = Massa yang menimbulkan medan ( kg )
g = kuat medan / percepatan gravitasi (ms-2)
EP dan V merupakan besaran skalar.
Besaran skalar, harus selalu di jumlah Σ ( + ) , ∆ ( - )
Maka penjumlahannya harus secara vektor.
EP = F . r
F dan g merupakan besaran vektor.
Besaran vektor, maka harus selalu di gambar ( √ )
ΣF = √F12 + F22 + 2.F1.F2 . cosѲ
Maka penjumlahannya harus secara skalar.
V = g . r
Hukum-Hukum Kepler
q Hukum I Kepler
Setiap planet bergerak pada lintasan berbentuk elips dengan matahari berada di salah satu fokus elips.
q Hukum II Kepler
Suatu garis khayal yang menghubungkan matahari dengan planet menyapu
luas juring yang sama dalam selang waktu yang sama.
q Hukum III Kepler
Perbandingan antara kuadrat waktu revolusi dengan pangkat tiga jarak
rata-rata planet ke matahari adalah sama untuk semua planet.
T2 / R3 = k atau T12 / R13= T22 / R23
Planet dan matahari mengalami Fg .
Planet berGMB terhadap matahari sehingga mengalami Fs .
Karena berGMB, maka ΣF = 0 .
Fg = Fs
G Mm.Mp / rmp2 = M.as
G Mm / rmp2 = V2 / rmp
G Mm / rmp = (ω . rmp)2
G Mm / rmp = ω2 . rmp2
G Mm / rmp = (2π)2 / T2 . Rmp2
T2 = 4π2 / GM. rmp3
T2 / rmp3 = 4π2 / GM
αs = V2 / R
V = ω . R
ω = 2π / t
Elastisitas
Pegas
geraknnya selalu bolak-balik dan selalu melewati titik kesetimbangan.
Saat pegas diberi beban, maka terjadi perubahan panjang. Jika beban
diperbesar, maka perubahan panjangnya juga akan semakin besar, berarti
gaya (berat) berbanding lurus dengan perubahan panjang sehingga
persamaannya F ~ ∆X atau F = K. ∆X (newton). Ini dinyatakan sebagai
hukum Hooke, maka grafik antara F dengan ∆X akan berbentuk linear dan
gambarnya seperti
Luas bidang gambar, bisa dinyatakan sebagai energi potensial pegas, sehingga persamaannya EP= ½.F.∆X=½K.∆X.∆X=½.K.∆X2 (joule), Ep bertanda negatif, karena melawan gaya yang diberikan.
Saat pegas meregang, maka pegas juga akan meregang. Tegangan berbanding
lurus dengan gaya yang diberikan, dan berbanding terbalik dengan luas
penampang dengan persamaan σ=F/A (Newton/meter2).
Regangan merupakan perbandingan perubahan panjang dengan panjang awal,
dengan persamaan e= ∆l/l. Modulus young adalah perbandingan tegangan
dengan regangan, dengan persamaan E=σ/e , E=F.l / A. ∆l.
Beberapa
pegas dapat dirangkai seri, paralele atau gabungan. Saat pegas
dirangkai seri, gaya tarik yang dialami tiap pegas sama besarnya dan
gaya tarik ini sama dengan gaya tarik yang dialami pegas pengganti (F1=F2=…Fn). Pertambahan panjang pegas pengganti seri sama dengan total pertambahan panjang tiap-tiap pegas (∆x=∆x1+∆x2+…∆xn), maka nilai konstanta pengganti sama dengan total dari kebalikan tiap-tiap tetapan pegas (1/ks=1/k1+1/k2+…1/kn). Jika konstantanya bernilai kecil maka perubahan panjangnya bernilai besar.
Saat pegas dirangkai paralel, gaya tarik pada pegas pengganti F sama
dengan total gaya tarik pada tiap pegas (F=F1=F2=…Fn). Pertambahan panjang tiap pegas sama besarnya (∆x=∆x1+∆x2+…∆xn) maka nilai konstanta pengganti sama dengan total dari tetapan tiap-tiap pegas (Kp=k1+k2+…kn).
Gerak Harmonis Sederhana
Sebuah
benda yang berayun dengan sederhana, gerakannya bolak-balik dan selalu
melewati titik kesetimbangan. Benda yang bergetar sederhana contohnya
gerakan pada pegas. Saat benda berayun, berarti posisi benda dalam
keadaan menyimpang dari posisi kesetimbangannya. Untuk itu posisi benda
membentuk sudut terhadap titik kesetimbangan. Saat benda dalam keadaan
setimbang sudut yang dibentuk antara kesetimbangan dan posisi benda
sebesar 00. Saat benda dalam posisi simpangan terbesar, maksimal akan membentuk sudut sebesar 900. Simpangan
terbesar (amplitudo) nilainya sama dengan panjang tali, yang bisa juga
diasumsikan sebagai jari-jari. Sehingga persamaannya adalah y=A sin θ (meter). θ adalah sudut simpangan yang dibentuk. Sudut yang dibentuk dalam satu ayunan penuh diasumsikan satu putaran penuh besarnya 3600 = 2π radian. Waktu yang diperlukan untuk menempuh satu putaran penuh atau satu ayunan penuh dinamakan periode (T).
Jadi
saat benda bergerak harmonis sederhana dianalogikan dengan Gerak
Melingkar Beraturan, kecepatan sudut sama dengan sudut yang ditempuh
setiap waktu atau kecepatan sudut sama dengan sudut yang ditempuh dalam
satu putaran penuh dalam setiap periode. Sehingga kecepatan sudut bisa
dituliskan dengan persamaan :
ω=θ / t =2π / T =3600 / T = 2πf (rad/detik).
- Kecepatan linier = v=ω.R=ω.A
- Kecepatan getar = kecepatan cos θ (meter/detik) = vy=v cos θ
- Percepatan getar = percepatan sin θ (ms-2) = ay=a sin θ
- Energi potensial
- Energi kinetik
- Energi mekanik
¢ Percepatan sentripetal ay=-as sin θ=-ω2A sin θ
Usaha dan Energi
Usaha
dilambangkan dengan W. Yang dilakukan oleh sebuah gaya (F) yang searah
dengan perpindahan benda (s), dapat dinyatakan dalam persamaan (W=F.s).
Usaha oleh gaya membentuk sudut θ dengan arah gerak benda merupakan perkalian titik antara komponen gaya yang searah dengan arah gerak benda (F cos θ) dan perpindahan benda (s) → W=F cos θ.s / W=F.s cos θ
Usaha merupakan besaran skalar, sehingga penjumlahannya secara aljabar.
Jadi usaha total yang dilakukan oleh gaya-gaya yang bekerja pada benda
merupakan jumlah aljabar usaha yang dilakukan masing-masing gaya ΣW= W1+W2+W3+…Wn.
Usaha sama dengan Kerja.
Usaha bisa dilakukan atau melakukan usaha, untuk itu usaha bisa bernilai +, - atau 0.
Kita
dapat melakukan usaha karena kita mendapatkan / memilki sesusatu yang
disebut energi. Energi merupakan kemampuan untuk melakukan suatu usaha
dan bersifat kekal artinya energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat
dimusnahkan melainkan hanya dapat diubah, dari satu bentuk energi ke
bentuk energi yang lain.
Energi yang tersimpan di dalam suatu benda karena kedudukannya atau
keadaan benda tersebut dinamakan energi potensial. Semakin tinggi Energi
potensial maka h semakin besar.
Persamaannya : Ep=m.g.h → pada benda di atas pohon
Ep=½.k.∆x 2 → pada pegas
Ep= ½.k.y 2 → pda ayunan
Energi yang dimiliki benda karena geraknya dinamakan energi kinetik (Ek= ½.m.v 2)
Hubungan antara usaha dengan energi kinetik sangat erat, karena usaha
yang dilakukan oleh gaya pada suatu benda sama dengan perubahan energi
kinetik benda tersebut. W=∆Ek = Ek1-Ek0
Saat
bola kita lempar ke atas, maka kecepatannya semakin lambat, maka energi
kinetiknya akan semakin kecil karena Ek telah berubah menjadi Energi
potensial, nilai Ep semakin besar karena kedudukannya semakin tinggi
sedangkan Energi mekaniknya merupakan jumlah dari Ep dan Ek. Energi
mekanik nilainya selalu tetap.
Ketika bola mencapai kedudukan tertinggi, maka kecepatannya bernilai
nol/0, energi kinetiknya bernilai nol/0, kedudukannya bernilai maksimal,
energi potensialnya bernilai maksimal dan energi mekaniknya bernilai
Em=Ep max dan nilainya selalu tetap = Ep+Ek.
Ketika bola sedang jatuh, maka kecepatannya semakin bertambah, maka
energi kinetiknya akan bertambah sedangkan kedudukannya semakin
berkurang maka energi potensialnya semakin kecil sedangkan energi
mekaniknya tetap (Ep=Ep+Ek).
Gaya
yang menyebabkan energi mekanik totalnya, yaitu energi kinetik ditambah
energi potensial bernilai selalu tetap, maka gaya itu disebut gaya
konservatif. Contoh dari gaya konservatif adalah gaya gravitasi dan gaya
pegas.
Jika tidak ada gaya-gaya luar yang bekerja pada benda, amaka akan
berlaku hkum kekekalan energi mekanik. Hukum kekekalan energi mekanik
menyatakan bahwa dalam suatu sistem yang terisolasi, besar energi
mekanik yaitu jumlah dari energi potensial dan energi kinetik selalu
tetap.
Saat benda jatuh/saat benda diangkat, maka besar usaha yang dilakukan
sama dengan perubahan energi potensialnya dengan persamaan W=∆Ep. Atau
dengan menggabungkan usaha yang dilakukan untuk memindahkan benda dari
posisi A ke posisi B. WAB=∆Ek, sedangkan usaha yang dilakukan oleh gaya gravitasi WAB=∆Ep
atau EmA=EmB
EPA+EKA=EPB+EKB
m.g.h.A+1/mvA2=m.g.h.B+1/mvB2
Usaha yang dilakukan tiap satuan waktu atau sebagai laju perubahan energi dinamakan daya dengan persamaan
P=w / t =Ep+m.g.h akhir – m.g.h awal
Momentum, Impuls dan Tumbukan
Kejadian
yang sedang berlangsung dinamakan dengan momentum, setiap benda pasti
memiliki massa dan apabila benda bergerak pasti memiliki kecepatan, maka
pada benda yang sedang bergerak berarti saat itu benda memiliki besaran
yang disebut momentum yang persamaannya P=m.v, P=momentum(kgms-1), m=massa(kg), v=kecepatan(m/s).
Gaya yang terjadi sesaat pada suatu benda dinamakan impuls, sehingga
persamaannya I=F.∆t, dengan keterangan I=impuls(Ns), F=gaya(N) dan
∆t=selang waktu(s). Benda bermassa m dengan kecepatan v0 , maka impuls sama dengan perubahan momentum yaitu selisih momentum akhir dengan momentum awal.
Karena
momentum merupakan besaran vektor, maka arah sangat menentukan.
Momentum awal sistem sama dengan momentum akhir sistem. Hukum ini
dikenal dengan Hukum Kekekalan Momentum yang berbunyi “momentum awal
sistem sebelum tumbukan sama dengan momentum akhir sistem sesudah
tumbukan, asalkan tidak ada gaya-gaya luar yang mempengaruhi sistem
itu”.
Dengan persamaan
ΣP=ΣP’
pa+pb=pa’+pb’
mava+mbvb=mava’+mbvb’
Pada
tumbukan lenting sempurna berlaku : hukum kekekalan momentum, hukum
kekekalan energi kenetis, koefisien restitusinya bernilai 1 (e=1),
jumlah kecepatan sebelum tumbukan sama dengan kecepatan sesudah
tumbukan.
Pada tumbukan lenting sebagian berlaku : hukum kekekalan momentum 0<1.
Pada tumbukan tak lenting sempurna (sama sekali tidak lenting) berlaku : hukum kekekalan momentum v1’=v2’=v (e=o).
Tumbukan pada peristiwa pemantulan : e= √h2/h1
Momentum Sudut dan Benda Tegar
1. Dinamika Gerak rotasi
1.1. Perbandingan Gerak Translasi dan Gerak Rotasi
No
|
Gerak Translasi (Gerak linier / lurus)
|
Gerak Rotasi (Gerak anguler / melingkar)
| ||
1
|
Posisi
|
x
|
Posisi Sudut
|
θ
|
2
|
Kecepatan
|
v = dx/dt
|
Kecepatan anguler
|
ω = dθ/dt
|
3
|
Percepatan
|
a = dv/dt
|
Percepatan anguler
|
α = dω/dt
|
4
|
Massa
|
m
|
Momen Inersia
|
I
|
5
|
Hk. Newton II
|
ΣF = m a
|
Hk. Newton II
|
Στ = I α
|
6
|
Usaha
|
W = F s
|
Usaha
|
W = τ θ
|
7
|
Energy Kinetik
|
Ek = ½ m v2
|
Energy Kinetik
|
Ek = ½ I ω2
|
8
|
Daya
|
P = F v
|
Daya
|
P = τ ω
|
9
|
Hub. Usaha dan Ek
|
W = ∆ Ek
|
Hub. Usaha dan Ek
|
W = ∆ Ek
|
10
|
Momentum
|
p = m v
|
Momentum
|
L = I ω
|
Gerak Translasi (Lurus)
GLB
1. ΣF = 0 → a = 0
v = konstan
s = v t
GLBB
2. ΣF ≠ 0 → a = konstan
ΣF = konstan vt = v0 + a t
s = v0 t + ½ a t2
v2 = v02 + 2 a s
s = ½ (v0 + vt) t
GLBTB
3. ΣF ≠ 0 → a ≠ konstan
ΣF ≠ konstan v =
S =
Gerak Rotasi (Melingkar)
GLB
1. Στ = 0 → α = 0
ω = konstan
θ = ω t
GMBB
2. Στ ≠ 0 → α = konstan
Στ = konstan ωt = ω0 + α t
θ = ω0 t + ½ α t2
ω2 = ω02 + 2 α θ
θ = ½ (ω0 + ωt) t
BMBTB
3. Στ ≠ 0 → α ≠ konstan
Στ ≠ konstan ω =
θ =
1.2. Momen Inersia
Jika
pada gerak translasi (gerak lurus), besaran massa menyatakan ukuran
kelembaman benda, maka pada gerak rotasi, besaran yang dapat
dianalogikan dengan massa adalah besaran momen inersia. Momen
inersia sebuah partikel dapat didefinisikan sebagai hasil kali massa
partikel dengan kuadrat jarak partikel dari titik porosnya.
Momen Inersia : I = m r2
Untuk system benda yang tersusun dari massa-massa yang terpisah (diskrit) : I = Σ m r2
Untuk system benda yang merupakan massa yang kontinyu : I =
Untuk system benda dengan massa kontinyu tetapi diputar pada jarak r dari pusat massa dengan sumbu sejajar : I = Ipm + m d2 (dengan d = jarak pusat massa ke sumbu putar)
1.3. Momen Gaya (Torsi = τ)
Momen
gaya adalah ukuran besar kecilnya efek putar sebuah gaya. Untuk sumbu
tetap dan gaya-gaya yang tidak mempunyai komponen yang sejajar dengan
sumbu tersebut.
Momen gaya : τ = r F sin α
dengan α = sudut antara r dan F
1.4. Momen Gaya dan Percepatan Anguler
Sebuah
gaya F yang bekerja pada sebuah partikel m secara tangensial
(menyinggung lintasan) akan memberikan percepatan tangensial aт yang memenuhi :
F = m aт
karena aт = r α, maka
F = m r α
F r = m r2 α → τ = I α
Persamaan
di atas juga berlaku untuk sembarang benda tegar, asalkan momen gaya
dan momen inersianya dihitung terhadap sumbu yang sama. Persamaan di
atas merupakan hokum dasar untuk gerak rotasi.
2. Energi dan Usaha
2.1. Energy Kinetik Rotasi
Sebuah
benda yang bergerak rotasi memiliki energy kinetic karena
partikel-partikelnya bergerak terus walaupun secara keseluruhan benda
tersebut tetap di tempatnya (tidak bergerak translasi).
Energy kinetic sebuah partikel dalam benda adalah : Ek = ½ m v2 = ½ m ω2 r2
Maka energy kinetic seluruh partikel benda, atau energy kinetic rotasi benda adalah : Ek = Σ ½ m v2 = ½ (Σm r2) ω2 atau Ek = ½ I ω2
2.1.1. Kombinasi Gerak Translasi dan Gerak Rotasi
Bila
sebuah benda tegar bergerak melalui sebuah ruang dan pada saat yang
bersamaan melakukan gerak rotasi (menggelinding), maka energy kinetic
benda itu adalah total antara energy kinetic translasinya dengan energy
kinetic rotasinya.
Ek = Ek translasi + Ek rotasi
Jadi, Ek = ½ m v2 + ½ I ω2
2.2. Usaha dan Gaya pada Gerak Rotasi
Usaha yang dilakukan oleh gay F pada benda adalah :
W = F s = F r θ
→ W = τ θ
Sedangkan daya :
P= W/t = Frθ/t = Fr θ/t
Jika kecepatan anguler konstan, maka
→ P = τ ω
3. Momentum Anguler
Benda-benda
yang berotasi cenderung mempertahankan keadaan awalnya (tetap
berputar). Sebuah gasing akan terus berputar jika tidak ada friksi yang
memperlambatnya.
Jika
pada gerak lurus kita mengenal momentum linier, yaitu p = m v , maka
analog dengan besaran tersebut, ada besaran momentum anguler (L) yang
didefinisikan sebagai :
Momentum anguler : = m x
Dengan r = vector posisi relative terhadap titik poros
harga L dapat dituliskan sebagai : L= m (r) (ω r) sin θ
L= m r2 sin θ ω
atau
L= I ω
Bila
resultan momen gaya yang bekerja pada suatu system partikel adalah nol,
momentum anguler total system tersebut tetap harganya (konstan);
L1 = L2
atau
I1 ω1 = I2 ω2 persamaan ini menyatakan kekekalan momentum anguler.
Keseimbangan
1. Keseimbangan Pertikel
Sebuah partikel atau benda titik dikatakan seimbang jika resultan gaya-gaya yang bekerja padanya sama dengan nol.
Σ F = 0
Partikel atau benda titik yang seimbang, mungkin berada dalam salah satu dari dua keadaan berikut :
Diam, disebut seimbang statis
Bergerak dengan kecepatan konstan, disebut seimbang dinamis
2. Momen Gaya (Torsi)
Momen
gaya atau torsi pada sebuah benda menyebabkan benda tersebut berotasi.
Ia didefinisikan sebagai berikut (momen dari gaya F terhadap poros,
sumbu putar, O)
τ = F Lт atau τ = Fт L
catatan.
Momen gaya yang menyebabkan rotasi searah jarum jam diberi tanda positif.
Momen gaya yang menyebabkan rotasi berlawanan arah jarum jam diberi tanda negative.
3. Momen Kopel
Kopel
adalah dua buah gaya yang sama besar, berlawanan arah, tetapi tidak
segaris kerja. Kopel yang bekerja pada sebuah benda menghasilkan rotasi
murni.
Momen kopel dapat dinyatakan sebagai berikut :
M = F d
4. Resultan Gaya Sejajar
Gaya-gaya
sejajar mempunyai resultan gaya letak titik tangkapnya sedemikian rupa
sehingga resultan momen gaya terhadap titik tersebut adalah nol.
Resultan gaya : FR = F1 + F2
5. Keseimbangan Benda Tegar
Benda
yang tidak berubah bentuk ketika dipengaruhi oleh gaya dinamakan benda
tegar. Benda tegar dapat bergerak translasi murni, rotasi murni, atau
kombinasi keduanya. Bneda tegar dikatakan seimbang bila memenuhi syarat
keseimbangan translasi dan keseimbangan rotasi, yaitu :
ΣF = 0 dan Στ = 0
6. Titik Pusat Massa dan Titik (Pusat) Berat
6.1. Titik Pusat Massa
Titik
pusat massa adalah sebuah titik dimana seluruh benda dapat dipusatkan
padanya. Jika resultan gaya bekerja melelui titik pusat massa, maka
benda akan bergerak translasi murni.
Untuk system benda dua dimensi, letak titik pusat massa dinyatakan dengan koordinat (xpm , ypm), dengan :
Xpm = dan ypm =
6.2. Titik Pusat Berat
Titik pusat berat adalah titik tangkap gaya berat yang bekerja pada sebuah benda.
Untuk system benda dua dimensi, letak titik pusat berat dinyatakan dengan koordinat (xpb , ypb), dengan :
Xpb = dan ypb =
Letak titk pusat massa benda pada umumnya tidak sama dengan letak titik pusat berat benda.
Untuk
benda yang letaknya dekat dengan permukaan bumi, dimana g dianggap
konstan, letak pusat massa dan titik berat sebuah benda dapat dianggap
berhimpit.
Koordinat pusat massa Sistem Partikel (benda tak kontinu) :
Xpm = =
dan
ypm = =
Absis pusat massa benda homogeny 1 dimensi :
Xpm = l = panjang
Absis pusat massa benda homogeny 2 dimensi :
Xpm = A = luas
Absis pusat massa benda homogeny 3 dimensi :
Xpm = V = volume
7. Jenis Keseimbangan
Keadaan keseimbangan suatu benda dapat digolongkan ke dalam salah satu dari 3 jenis keseimbangan berikut :
Kesimbangan Stabil
Benda
di katakana dalam keseimbangan stabil bila benda diberi sedikit usikan,
dan kemudian usikan dihilangkan, benda kembali ke posisi keseimbangan
semula.
Keseimbangan Labil
Benda
dikatakan dalam keseimbangan labil bila benda diberi sedikit usikan,
dan kemudian usikan dihilangkan, benda menjauhi posisi keseimbangan
semula (jatuh).
Keseimbangan Netral (Indiferen)
Benda
dikatakan dalam keseimbangan netral (indiferen) bila benda diberi
sedikit usikan, dan kemudian usikan dihilangkan, benda membentuk posisi
keseimbangan baru di dekat posisi keseimbangan semula.
Fluida
FLUIDA STATIS
Pengantar
Sebelum kita mempelajari pokok bahasan Fluida statis,
sejauh ini apa yang anda pahami tentang fluida ? Ketika masih berada di
SMA, gurumuda pernah berpikir bahwa fluida sama dengan zat cair. Ternyata pemahaman itu sangat keliru. Lalu fluida itu sebenarnya apa ?
Pengertian Fluida
Dalam
fisika, fluida diartikan sebagai suatu zat yang dapat mengalir. Anda
mungkin pernah belajar di sekolah bahwa materi yang kita temui dalam
kehidupan sehari-hari terdiri dari zat padat,
cair dan gas. Nah, istilah fluida mencakup zat cair dan gas, karena zat
cair seperti air atau zat gas seperti udara dapat mengalir. Zat padat
seperti batu atau besi tidak dapat mengalir sehingga tidak bisa
digolongkan dalam fluida. Untuk lebih memahami penjelasan gurumuda,
alangkah baiknya jika kita tinjau beberapa contoh dalam kehidupan
sehari-hari. Ketika dirimu mandi, dirimu pasti membutuhkan air. Untuk
sampai ke bak penampung, air dialirkan baik dari mata air atau disedot
dari sumur. Air merupakan salah satu contoh zat cair. Masih ada contoh
zat cair lainnya seperti minyak pelumas, susu dan sebagainya. Semuanya
zat cair itu dapat kita kelompokan ke dalam fluida karena sifatnya yang
dapat mengalir dari satu tempat ke tempat yang lain.
Selain
zat cair, zat gas juga termasuk fluida. zat gas juga dapat mengalir
dari satu satu tempat ke tempat lain. Hembusan angin merupakan contoh
udara yang berpindah dari satu tempat ke tempat lain.
Zat
padat tidak dapat digolongkan ke dalam fluida karena zat padat tidak
dapat mengalir. Batu atau besi tidak dapat mengalir seperti air atau
udara. Hal ini dikarenakan zat pada t cenderung tegar dan mempertahankan
bentuknya sedangkan fluida tidak mempertahankan bentuknya tetapi
mengalir. Selain zat padat, zat cair dan zat gas, terdapat suatu jenis
zat lagi yang dinamakan plasma. Plasma merupakan zat gas yang
terionisasi dan sering dinamakan sebagai “wujud keempat dari materi”.
Mengenai plasma dapat anda pelajari di perguruan tinggi. Yang pasti,
plasma juga tidak dapat digolongkan ke dalam fluida.
Fluida
merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan kita
sehari-hari. Setiap hari kita menghirupnya, meminumnya dan bahkan
terapung atau teggelam di dalamnya. Setiap hari pesawat udara terbang
melaluinya, kapal laut mengapung di atasnya; demikian juga kapal selam
dapat mengapung atau melayang di dalamnya. Air yang kita minum dan udara
yang kita hirup juga bersirkulasi di dalam tubuh kita setiap saat,
hingga kadang tidak kita sadari. Jika dirimu ingin menikmati bagaimana
indahnya konsep mekanika fulida bekerja, pergilah ke pantai. Jangan Cuma
nonton, bila perlu ceburkan dirimu di pantai… stt… awas tenggelam kalau
belum bisa berenang.
Fluida statis
Pada
penjelasan panjang lebar di atas, gurumuda telah menerangkan makna
fluida yang menjadi pokok bahasan kita kali ini. Nah, dalam mempelajari
Fluida, kita memilahnya menjadi dua bagian yakni Fluida statis (Fluida
diam) dan Fluida Dinamis (Fluida bergerak). Kataya fluida bergerak, kok ada fluida yang diam ? dirimu
jangan bingung, fluida memang merupakan zat yang dapat mengalir. Yang
kita tinjau dalam Fluida statis adalah ketika fluida yang sedang diam
pada keadaan setimbang. Jadi kita meninjau fluida ketika tidak sedang
bergerak. Pada Fluida Dinamis, kita akan meninjau fluida ketika
bergerak.
FLUIDA DINAMIS
Penerapan Prinsip dan Persamaan Bernoulli
Sebelumnya, kita sudah belajar mengenai Prinsip dan Persamaan Bernoulli. Kali ini kita akan melihat penerapan prinsip dan persamaan Bernoulli dalam kehidupan sehari-hari.
Teorema Torriceli
Salah satu penggunaan persamaan Bernoulli adalah menghitung kecepatan zat cair yang keluar dari dasar sebuah wadah (lihat gambar di bawah)
Kita
terapkan persamaan Bernoulli pada titik 1 (permukaan wadah) dan titik 2
(permukaan lubang). Karena diameter kran/lubang pada dasar wadah jauh
lebih kecil dari diameter wadah, maka kecepatan zat cair di permukaan
wadah dianggap nol (v1 = 0). Permukaan wadah dan permukaan lubang/kran terbuka sehingga tekanannya sama dengan tekanan atmosfir (P1 = P2). Dengan demikian, persamaan Bernoulli untuk kasus ini adalah :
Jika kita ingin menghitung kecepatan aliran zat cair pada lubang di dasar wadah, maka persamaan ini kita oprek lagi menjadi :
Berdasarkan
persamaan ini, tampak bahwa laju aliran air pada lubang yang berjarak h
dari permukaan wadah sama dengan laju aliran air yang jatuh bebas
sejauh h (bandingkan Gerak jatuh Bebas)
Ini dikenal dengan Teorema Torricceli.
Teorema ini ditemukan oleh Eyang Torricelli, murid eyang butut
Gallileo, satu abad sebelum om Bernoulli menemukan persamaannya.
Efek Venturi
Selain
teorema Torricelli, persamaan Bernoulli juga bisa diterapkan pada kasus
khusus lain yakni ketika fluida mengalir dalam bagian pipa yang
ketinggiannya hampir sama (perbedaan ketinggian kecil). Untuk memahami
penjelasan ini, amati gambar di bawah.
Pada
gambar di atas tampak bahwa ketinggian pipa, baik bagian pipa yang
penampangnya besar maupun bagian pipa yang penampangnya kecil, hampir
sama sehingga diangap ketinggian alias h sama. Jika diterapkan pada
kasus ini, maka persamaan Bernoulli berubah menjadi :
Ketika fluida melewati bagian pipa yang penampangnya kecil (A2), maka laju fluida bertambah (ingat persamaan kontinuitas). Menurut prinsip Bernoulli,
jika kelajuan fluida bertambah, maka tekanan fluida tersebut menjadi
kecil. Jadi tekanan fluida di bagian pipa yang sempit lebih kecil tetapi
laju aliran fluida lebih besar.
Ini
dikenal dengan julukan efek Venturi dan menujukkan secara kuantitatif
bahwa jika laju aliran fluida tinggi, maka tekanan fluida menjadi kecil.
Demikian pula sebaliknya, jika laju aliran fluida rendah maka tekanan
fluida menjadi besar.
Venturi meter
Penerapan
menarik dari efek venturi adalah Venturi Meter. Alat ini dipakai untuk
mengukur laju aliran fluida, misalnya menghitung laju aliran air atau
minyak yang mengalir melalui pipa. Terdapat 2 jenis venturi meter, yakni
venturi meter tanpa manometer dan venturi meter yang menggunakan
manometer yang berisi cairan lain, seperti air raksa. Prinsip kerjanya
sama saja…. Pada kesempatan ini gurumuda hanya menjelaskan venturi meter
tanpa manometer.
Venturi meter tanpa manometer
Gambar di bawah menunjukkan sebuah venturi meter yang digunakan untuk mengukur laju aliran zat cair dalam pipa.
Kok
airnya bisa naik ke pipa kecil sich… Tuh kenapa ya ? masih ingat si
kapilaritas-kah ? kalau lupa, belajar kapilaritas lagi… biar paham.
Amati gambar di atas. Ketika zat cair melewati bagian pipa yang penampangnya kecil (A2),
laju cairan meningkat. Menurut prinsipnya om Bernoulli, jika laju
cairan meningkat, maka tekanan cairan menjadi kecil. Jadi tekanan zat
cair pada penampang besar lebih besar dari tekanan zat cair pada penampang kecil (P1 > P2). Sebaliknya v2 > v1
Sekarang
kita oprek persamaan yang digunakan untuk menentukan laju aliran zat
cair pada pipa di atas. Kita gunakan persamaan efek venturi yang telah
diturunkan sebelumnya. Neh persamaannya…
Ingat ya, kita hendak mencari laju aliran zat cair di penampang besar (v1). Kita gantikan v2 pada persamaan 1 dengan v2 pada persamaan 2.
Dalam
pokok bahasan Tekanan Pada Fluida, gurumuda sudah menjelaskan bahwa
untuk menghitung tekanan fluida pada suatu kedalaman tertentu, kita bisa
menggunakan persamaan :
Jika
perbedaan massa jenis fluida sangat kecil, maka kita bisa menggunakan
persamaan ini untuk menentukan perbedaan tekanan pada ketinggian yang
berbeda (kalau bingung, baca kembali pembahasan mengenai Tekanan Dalam Fluida — Fluida Statis). Dengan demikian, persamaan a bisa kita oprek menjadi :
Karena zat cair-nya sama maka massa jenisnya juga pasti sama. Kita lenyapkan rho dari persamaan…
Ini
dia si persamaan yang bikin sebel…. dah nemu. Persamaan ini kita
gunakan untuk menentukan laju zat cair yang mengalir dalam pipa.
Dalam bidang kedokteran, telah dirancang juga venturi meter yang digunakan untuk mengukur laju aliran darah dalam arteri.
Tugas
kreatif : coba buat alat seperti venturi meter di atas, terserah
bahannya apa, asal tahan air. Gunakan alat itu untuk menentukan laju
aliran air, mau air sungai kek, air comberan juga terserah
masukan alat itu ke dalam air, usahakan posisinya sejajar dengan aliran
air. Setelah itu, catat ketinggian air pada dua kolom pipa.
Selanjutnya, tentukan h. Luas permukaan bisa langsung dihitung pakai
persamaan luas lingkaran. Gunakan rumus di atas untuk menghitung laju
aliran air. Selamat mencoba…
Tabung Pitot
Kirain tabung petot
kalau venturi meter digunakan untuk mengukur laju aliran zat cair, maka
tabung pitot digunakan untuk mengukur laju aliran gas / udara.
Perhatikan gambar di bawah…
Lubang
pada titik 1 sejajar dengan aliran udara. Posisi kedua lubang ini
dibuat cukup jauh dari ujung tabung pitot, sehingga laju dan tekanan
udara di luar lubang sama seperti laju dan tekanan udara yang mengalir
bebas. Dalam hal ini, v1 = laju aliran udara yang mengalir
bebas (ini yang akan kita ukur), dan tekanan pada kaki kiri manometer
(pipa bagian kiri) = tekanan udara yang mengalir bebas (P1).
Lubang
yang menuju ke kaki kanan manometer, tegak lurus dengan aliran udara.
Karenanya, laju aliran udara yang lewat di lubang ini (bagian tengah)
berkurang dan udara berhenti ketika tiba di titik 2. Dalam hal ini, v2 = 0. Tekanan pada kaki kanan manometer sama dengan tekanan udara di titik 2 (P2).
Ketinggian
titik 1 dan titik 2 hampir sama (perbedaannya tidak terlalu besar)
sehingga bisa diabaikan. Ingat ya, tabung pitot juga dirancang
menggunakan prinsip efek venturi. Mirip seperti si venturi meter,
bedanya si tabung petot ini dipakai untuk mengukur laju gas alias udara.
Karenanya, kita tetap menggunakan persamaan efek venturi. Sekarang kita
oprek persamaannya :
Perbedaan tekanan (P2 – P1)
= tekanan hidrostatis zat cair dalam manometer (warna hitam dalam
manometer adalah zat cair, air raksa misalnya). Secara matematis bisa
ditulis sebagai berikut :
Perhatikan persamaan 1 dan persamaan 2. Ruas kiri-nya sama (P2 – P1). Karenanya persamaan 1 dan 2 bisa dioprek menjadi seperti ini :
Ini persamaan yang kita cari. Persamaan ini digunakan untuk menghitung laju aliran gas alias udara menggunakan si tabung petot
Penyemprot Parfum
Pernah
pakai parfum-kah ? wah, masa hari gini belum…. pacar kesayangan bisa
kabur dari sisimu. He2… Prinsip kerja penyemprot parfum dkk juga
menggunakan prinsip om Bernoulli. Perhatikan gambar di bawah…. Ini cuma
gambaran umum saja, bagaimanapun setiap pabrik punya rancangan yang
berbeda.
Secara
garis besar, prinsip kerja penyemprot parfum bisa digambarkan sebagai
berikut (sambil lihat gambar ya). Ketika bola karet diremas, udara yang
ada di dalam bola karet meluncur keluar melalui pipa 1. Karenanya, udara
dalam pipa 1 mempunyai laju yang lebih tinggi. Karena laju udara
tinggi, maka tekanan udara pada pipa 1 menjadi rendah. Sebaliknya, udara
dalam pipa 2 mempunyai laju yang lebih rendah. Tekanan udara dalam pipa
2 lebih tinggi. Akibatnya, cairan parfum didorong ke atas. Ketika si
cairan parfum tiba di pipa 1, udara yang meluncur dari dalam bola karet
mendorongnya keluar… si cairan parfum akhirnya menyembur membasahi
tubuh…
Biasanya
lubang berukuran kecil, sehingga parfum meluncur dengan cepat… ingat
persamaan kontinuitas, kalau luas penampang kecil, maka fluida bergerak
lebih cepat. Sebaliknya, kalau luas penampang pipa besar, maka fluida
bergerak pelan.
Minum dengan pipet alias penyedot
Dirimu
pernah minum es teh atau sirup menggunakan pipet alias penyedot-kah ?
cairan apapun yang kita minum bisa masuk ke dalam mulut bukan karena
kita nyedot. Prinsip om bernoulli berlaku juga untuk kasus ini… ketika
kita mengisap alias menyedot air menggunakan pipet, sebenarnya kita
membuat udara dalam pipet bergerak lebih cepat. Dalam hal ini, udara
dalam pipet yang nempel ke mulut kita mempunyai laju lebih tinggi.
Akibatnya, tekanan udara dalam bagian pipet itu menjadi lebih kecil.
Nah, udara dalam bagian pipet yang dekat dengan minuman mempunyai laju
yang lebih kecil. Karena lajunya kecil, maka tekanannya lebih besar.
Perbedaan tekanan udara ini yang membuat air atau minuman yang kita
minum mengalir masuk ke dalam mulut kita. Dalam hal ini, cairan itu
bergerak dari bagian pipet yang tekanan udara-nya tinggi menuju bagian
pipet yang tekanan udara-nya rendah.
Cerobong Asap
Pernah
lihat cerobong asap ? yang tinggal di kota, seperti surabaya, semarang,
jakarta dkk pasti pernah lihat cerobong asap pabrik… mengapa asap bisa
bergerak naik melalui cerobong ? emang dari sono-nya dah begitu kok… yee… anak TK juga bisa jawab kayak gini
Pertama,
asap hasil pembakaran memiliki suhu tinggi alias panas. Karena suhu
tinggi, maka massa jenis udara tersebut kecil. Udara yang massa jenisnya
kecil mudah terapung alias bergerak ke atas. Alasannya bukan cuma ini…
Prinsip om bernoulli juga terlibat dalam persoalan ini.
Kedua,
prinsip om bernoulli mengatakan bahwa jika laju aliran udara tinggi
maka tekanannya menjadi kecil, sebaliknya jika laju aliran udara rendah,
maka tekanannya besar. Ingat bahwa bagian atas cerobong berada di luar
ruangan. Ada angin yang niup di bagian atas cerobong, sehingga tekanan
udara di sekitarnya lebih kecil. Di dalam ruangan tertutup tidak ada
angin yang niup, sehingga tekanan udara lebih besar. Karenanya asap
digiring ke luar lewat cerobong… (udara bergerak dari tempat yang
tekanan udaranya tinggi ke tempat yang tekanan udaranya rendah).
Tikus juga tahu prinsip Om Bernoulli
Perhatikan
gambar di bawah…. ini gambar lubang tikus dalam tanah. Tikus juga tahu
prinsip om bernoulli. Si tikus tidak mau mati karena sesak napas,
karenanya tikus membuat 2 lubang pada ketinggian yang berbeda. Akibat
perbedaan ketinggian permukaan tanah, maka udara berdesak2an dengan
temannya (bagian kanan). Mirip seperti air yang mengalir dari pipa yang
penampangnya besar menuju pipa yang penampangnya kecil. Karena
berdesak2an maka laju udara meningkat (Tekanan udara menurun).
Karena
ada perbedaan tekanan udara, maka udara dipaksa mengalir masuk melalui
lubang tikus. Udara mengalir dari tempat yang tekanan udara-nya tinggi
ke tempat yang tekanan udaranya rendah. Kata si tikus, lega rasanya… ada
hembusan angin sepoi-sepoi kering, bikin aku tidak kepanasan bukan tikusnya yang pintar fisika, si tikus sudah diprogram Sang Pencipta Alam Semesta dan Seisinya demikian…
Gaya angkat Pesawat
Salah
satu faktor yang menyebabkan pesawat bisa terbang adalah adanya sayap.
Bentuk sayap pesawat melengkung dan bagian depannya lebih tebal daripada
bagian belakangnya. Bentuk sayap seperti ini dinamakan aerofoil. Ide
ini ditiru dari sayap burung. Bentuk sayap burung juga seperti itu
(sayap burung melengkung dan bagian depannya lebih tebal). Pernah lihat
burung belum ?
Bedanya, sayap burung bisa dikepakkan, sedangkan sayap pesawat tidak.
Burung bisa terbang karena ia mengepakkan sayapnya, sehingga ada aliran
udara yang melewati kedua sisi sayap. Agar udara bisa mengalir pada
kedua sisi sayap pesawat, maka pesawat harus digerakkan maju. Manusia
menggunakan mesin untuk menggerakan pesawat (mesin baling2 atau mesin
jet).
Bagian
depan sayap dirancang melengkung ke atas. Udara yang ngalir dari bawah
berdesak2an dengan temannya yang ada di sebelah atas. Mirip seperti air
yang ngalir dari pipa yang penampangnya besar ke pipa yang penampangnya
sempit. Akibatnya, laju udara di sebelah atas sayap meningkat. Karena
laju udara meningkat, maka tekanan udara menjadi kecil. Sebaliknya, laju
aliran udara di sebelah bawah sayap lebih rendah, karena udara tidak
berdesak2an (tekanan udaranya lebih besar). Adanya perbedaan tekanan
ini, membuat sayap pesawat didorong ke atas. Karena sayapnya nempel
dengan badan si pesawat, maka si pesawat ikut2an terangkat.
Prinsip
om bernoulli ini hanya salah satu faktor yang menyebabkan pesawat
terangkat. Penyebab lain adalah si momentum. Biasanya, sayap pesawat
dimiringkan sedikit ke atas. Pernah lihat pesawat belum ? hiks…hiks…
pisss….. coba perhatikan sayap pesawat… posisinya miring khan ? itu juga
punya tujuan, bukan asal miring. Udara yang mengenai permukaan bawah
sayap dibelokkan ke bawah. Karena pesawat punya dua sayap, yakni di
bagian kiri dan kanan, maka udara yang dibelokkan ke bawah tadi saling
berciuman. Perubahan momentum molekul udara yang ciuman alias
bertumbukkan menghasilkan gaya angkat tambahan (ingat lagi si momentum
dan tumbukan). Masih ada lagi…. coba perhatikan gambar di atas. Bagian
depannya khan melengkung ke atas… tujuannya biar prinsip om bernoulli
bisa dimanfaatkan habis2an (mengenai hal ini sudah dijelaskan di atas).
Btw,
bagian atas sayap itu melengkung ke bawah lagi, sampai ke buntutnya…..
Itu juga punya tujuan. Karena bentuk sayap melengkung ke bawah sampai ke
buntutnya, maka udara dipaksa oleh sayap untuk mengalir lagi ke bawah.
Menurut eyang Newton dalam Hukum III Newton, karena ada gaya aksi maka
ada gaya reaksi. Karena sayap memaksa udara turun, maka udara harus
memaksa sayap naik. Dalam hal ini, udara memberikan gaya angkat pada
sayap. Jadi bukan cuma prinsip si om bernoulli saja yang bikin pesawat
bisa terangkat. Selengkapnya bisa dipelajari di dunia perteknikan (itu
sich kalau dirimu mau bantu om habibie bikin pesawat).
Nelayan juga tahu prinsip om Bernoulli
Dirimu
pernah naik perahu layar-kah ? perahu layar biasanya berlayar melawan
angin. Kok bisa lawan angin ya ? seharusnya khan angin niup si perahu
dan om sopirnya ke belakang… bisa. Nelayan juga tahu prinsip om
bernoulli. Cuma si nelayan tidak tahu, kalau cara menggerakan perahu
dengan memanfaatkan si angin itu namanya prinsip bernoulli. Fisikawan
tahu prinsip om bernoulli, tapi kalau nyuruh berlayar pakai perahu bisa
gemetaran n keringatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar