Tugas Fisika
Persamaan gerak
A.      Vector satuan
Vektor-vektor Satuan i, j, k
Vektor satuan adalah vektor yang nilainya satu, dan arahnya tertentu.
i = vektor satuan pada arah sumbu x +                 
j = vektor satuan pada arah sumbu y +
k = vektor satuan pada arah sumbu z +
q     Vektor 2 dimensi 
Ket :      vektor satuan 
Sb x dinyatakan i 
Sb y dinyatakan j 
Sb z dinyatakan k 
 
¢     Posisi awal r0  = 4i + 3j
¢     Posisi akhir rt = 8i + j
¢     Perpindahan ∆r = rt – r0
                                       = ( 8i + j ) – ( 4i + 3j )
                                       = ( 8i – 4i ) + ( j + 3j )
¢     Persamaan perpindahan 
            ∆r = √42 + (-2)2 
                 = √16 + 4
                 = √20
            ∆r =  2√5 m
q     Vektor 3 dimensi 
Ket :     ( 2i, 3j, 3k ) = A0
 ( 6i, 8j, 3k ) = At 
 
            Posisi awal partikel (2i,3j,3k) saat detik ke 0 setelah 2s posisinya (8i,3j,2k).
¢     Posisi awal r0  = 2i + 3j + 3k
¢     Posisi akhir r2 = r2 – r0 
                                       = (8i+3j+2k) – (2i+3j+3k)
                                       = 6i – 1k
                                  ∆r = √62 + (-1)2
                                                               = √36 + 1 
                                       = √37 m = 6,1 m
V = ∆r / ∆t
            ∆t
   = 6,1 / 2         = 3,05 m/s
B.      Koordinat Cartesius dan Polar
Diketahui koordinat cartesius adalah i, j, k
Dan koordinat polar adalah r, Ѳ  
0o  
 |    
30o  
 |    
37o  
 |    
45o  
 |    
53o  
 |    
60o  
 |    
90o  
 |   |
Cos  
 |    
1    
 |    
½√3    
 |    
⅘  
 |    
½√2    
 |    
⅗  
 |    
½    
 |    
0    
 |   
Sin  
 |    
0    
 |    
½    
 |    
⅗  
 |    
½√2    
 |    
⅘  
 |    
½√3    
 |    
1    
 |   
Tan  
 |    
~    
 |    
⅓√3  
 |    
¾    
 |    
1    
 |    
⁴⁄₃  
 |    
√3    
 |    
0    
 |   

Contoh :
P ( 4,3 )
4 = x = i                                    
3 = y = j 
 Maka, koordinat cartesiusnya P ( 4i,3j )
r = √42 + 32 
r = √25
r = 5 m
Tan Ѳ = Y / X = 3 / 4 = 37o 
C.     Perpindahan
Perpindahan merupakan besaran vektor.
Perpindahan = Perubahan posisi
∆r = rt – r0 
Contoh :
Dik : 8 m ke arah timur dan 8 m ke arah barat.
І∆rІ = √82 + 82 + 2.8.8 cos 180o  
       = √64 + 64 + 2.64 (-1)
                         = √128 – 128   
       = √0 = 0 
D.     Jarak
Jarak merupakan besaran skalar.
Jarak = Jumlah dari posisi awal sampai dengan posisi akhir. 
r = r0 + rt 
Contoh :
Dik : waktu pertama 2 detik 
r = r0 – rt 
   = 8 +8 
   = 16
r = r0 – rt 
   = 2 + V.t 
   = 2 + 4.2
   = 10 m 
E.      Kecepatan 
Jika
 perpindahan posisi suatu benda dapat digambarkan dengan grafik 
perpindahan terhadap waktu, maka kecepatan sesaatnya, yang merupakan 
perpindahannya dalam satu satuan waktu, dapat dilihat dari kemiringan 
(gradien) grafik tersebut suatu saat.
q     Kecepatan rata – rata = perubahan posisi / perubahan waktu
Vr  = rt – r0 / t
Contoh :
Dik : waktu pertama 2 detik, jaraknya 2 meter.
Vr  = rt – r0 / t
 = 10 -2  /  2   =  4 m/s 
q     Kecepatan sesaat 
Kecepatan sesaat diturunkan dari persamaan posisi.
natn-1  diintegralkan atn+1 /  n+1 + awal 
Contoh :
Persamaan posisi r = ( 4t+2 ) meter
                                                r = ( 4t1 + 2t0 ) meter 
V = 1.4.t1-1 + 0.2.t0-1 
    = 4t0 + 0 
    = 4.1 = 4 m/s 
q      Percepatan rata – rata 
αr  = ∆V /  ∆t = Vt – V0 
F.      Gerak
Gerak terdiri dari 3 macam, yaitu gerak translasi, gerak rotasi dan gerak parabola.
Gerak translasi terbagi menjadi 2 macam, yaitu Gerak Lurus Beraturan ( GLB ) dan Gerak Lurus Berubah Beraturan ( GLBB ).
1) Gerak Translasi 
Perbedaan GLB dengan GLBB :
¢     Pada GLB kecepatannya ( v ) tetap, percepatannya ( α ) sama dengan 0 dan t berpangkat 1.
¢     Pada GLBB percepatannya ( α ) tetap, kecepatannya ( v ) berubah beraturan, dan t berpangkat > 1. 
Gerak   Translasi  
 |   ||
Rumus    
 |    
GLB  
 |    
GLBB  
 |   
Jarak    
 |    
S = S0 + ( v.t )  
 |    
S = S0 + (V0t +   ½ αt2)    
 |   
Perpindahan    
 |    
∆r = rt – r0  
 |    
∆r = rt – r0  
 |   
Kec.   Linier  
 |    
V = s / t 
 |    
Vt = V0 – αt  
 |   
Kec.   Sesaat  
 |    
turunkan dari perubahan posisi  
 |    
Turunkan dari perubahan posisi  
 |   
Per.   Sesaat  
 |    
α   = 0  
 |    
Turunkan dari persamaan kecepatan  
 |   
Kec.   Rata-rata  
 |    
Vr = ∆r / ∆t = rt – r0  / ∆t 
 |    
Vr = ∆r / ∆t 
 |   
Per.   Rata-rata  
 |    
α   = 0  
 |    
αt   = ∆v   / ∆t 
 |   
           
 Begitupun gerak rotasi yang terbagi menjadi 2 macam, yaitu Gerak 
Melingkar Beraturan ( GMB ) dan Gerak Melingkar Berubah Beraturan ( GMBB
 ).
2) Gerak Rotasi 
Perbedaan GMB dengan GMB :
¢     Pada GMB arah/lintasannya ( v ) selalu berubah, tegak lurus dengan jari-jari, kecepatan angulernya       ( ω ) tetap dan t berpangkat 1.
¢     Pada GMBB kecepatan sudutnya ( α ) tetap,  kecepatan angulernya ( ω ) berubah beraturan dan     t berpangkat > 1 dan < 2. 
Gerak Rotasi  
 |   ||
Rumus  
 |    
GMB    
 |    
GMBB    
 |   
Sudut yang ditempuh  
 |    
Ѳ = (Ѳ0   + (ω.t)) rad  
 |    
Ѳ = Ѳ0   + (ω0.t   + ½α.t2)    
 |   
Perubahan sudut  
 |    
∆Ѳ = Ѳt   – Ѳ0  
 |    
∆Ѳ = Ѳt   – Ѳ0  
 |   
Kec. Anguler  
 |    
ω = Ѳ   / t , ω = 2π / t , ω = 2πf 
 |    
ωt = ω0   + α.t  
 |   
Kec. Sudut saat detik ke…  
 |    
turunkan   dari persamaan sudut  
 |    
turunkan   dari persamaan sudut  
 |   
Per. Sudut saat detik ke…  
 |    
α = 0  
 |    
turunkan   dari persamaan kecepatan  
 |   
Kec. Sudut rata-rata  
 |    
ωr   = ∆Ѳ / ∆t  = Ѳt   – Ѳ0   / ∆t  
 |    
ωr   = ∆Ѳ / ∆t 
 |   
Per. Sudut rata-rata  
 |    
α = 0  
 |    
αr   = ∆ω   / ∆t = ωt – ω0   / ∆t 
 |   
3) Gerak Parabola
            Gerak parabola perpaduan dari GLB pada sumbu x dengan GLBB pada sumbu y. 
![]()  |   
¢      Kecepatan pada sumbu x, Vx = V0 cos α (nilai Vx selalu tetap.)
¢      Kecepatan pada sumbu y, Vy = V0 sin α - gt (nilai Vy selalu berubah.)
¢      Kecepatan pada satu titik, V = √Vx2 + Vy2 
¢      Waktu untuk mencapai puncak, ty = v0.sin α / g
¢      Lama di udara,  tx = 2V0.sinα / g
¢      Jarak tejauh, x = V02.sin2α / g
¢      Jarak tertinggi, y = V02.sinα2 / 2g
¢      Keterangan :
Vx  = kecepatan pada sumbu x ( m/s ) 
Vy  = kecepatan pada sumbu y ( m/s ) 
V  = kecepatan pada satu titik  ( m/s )
tx  = lama di udara ( s )
ty  = waktu untuk mencapai puncak ( s ) 
x  = jarak terjauh ( m )
y  = jarak tertinggi ( m )
α  = sudut elevasi ( ˚ )
Gaya
Gaya adalah tarikan atau dorongan yang berpengaruh pada keadaan suatu benda.
Macam-macam gaya :
¢      Gaya
 berat ( w ) adalah gaya yang terjadi pada benda yang berada di medan 
gravitasi bumi. Berat adalah gaya gravitasi Bumi yang bekerja pada suatu
 benda. Vektor berat selalu berarah tegak lurus pada permukaan Bumi 
menuju ke pusat bumi, menggambarnya dari pusat benda perpotongan 
diagonal. 
![]()  |   
¢      Gaya
 Normal ( N ) adalah gaya yang terjadi pada benda terhadap bidang dan 
arahnya selalu lurus terhadap bidang, digambarkannya berupa anak panah.
![]()  |   
¢      Gaya
 Tegangan Tali ( T ) adalah gaya yang bekerja pada bidang benda yang 
diikatkan pada tali dan arahnya mengikuti arah tali, menggambarkannya 
dengan panah bolak-balik dan arahnya saling berlawanan. 
 
¢     Gaya Pegas atau Gaya Hooke adalah gerak periodik yang dialami pegas sama dengan gerak pada ayunan.
            Besar simpangan pegas = pertambahan panjang.
            Pertambahan panjang = (sebanding lurus dengan) besara gaya.
                        Rumus : F = -k . ∆x                   K = konstanta 
            Arahnya selalu berlawanan arah dengan arah simpangan (arah gaya). 
¢     Gaya
 Gesekan ( F ) adalah gaya yang arahnya selalu berlawanan dengan arah 
gerak atau arah gaya yang diberikan. Arah gaya gesekan searah dengan 
permukaan bidang sentuh dan berlawanan dengan kecenderungan arah gerak. 
![]()  |   
Pada
 saat benda dalam keadaan diam, gaya gesek yang bekerja disebut gaya 
gesek statis.  Besar gaya gesek statis dapat berubah-ubah tergantung 
dari besar gaya yang menarik benda. Tapi gaya gesek statis ini mempunyai
 nilai maksimum. Gaya gesek statis maksimum = (koefisien gesek statis) x
 (Gaya Normal).
            fs maks = µs.N 
Pada
 saat benda dalam keadaan bergerak, gaya gesek yang bekerja disebut gaya
 gesek kinetis. Gaya gesek kinetis = (koefisien gesek kinetis) x (Gaya 
Normal).
fk = µk.N 
v     Contoh : saat benda diam, gaya yang bekerja adalah gaya berat dan gaya normal. 
 
v     Contoh : saat benda masih diam, gaya yang bekerja gaya berat, gaya normal, gaadalah ya gesek statis dan gaya yang  diberikan.
![]()  |   
v     Contoh : saat benda tepat akan bergerak.
m = 20 kg
w = m.g = 200 N
µs max = ???
Σfy = 0
N + (-w) = 0
N = w 
N = 200 N
ΣFx = 0
F min + (-fs max) = 0
F min = fs max
fs max = 70 Newton
fs max = µs max . N
70 = µs max . 200
µs max = 0,35
v     Contoh : saat benda bergerak.
m = 20 kg
µk = ??? 
α = 2 m/s2 
Σfy = 0
N + (-w) = 0
N = w
N = 200 Newton
GLBB
ΣFx = m.α 
90 - µk . N = 20 . 2
90 – 40 = µk . N 
50 = µk . 200
µk = 0,25 
Nilai µ 0 ≤ µ ≤ 1
- Saat licin sempurna µ = 0
 - Saat kasar sempurna µ = 1
 
¢     Gaya
 Gravitasi adalah besar gaya tarik-menarik berbanding lurus dengan 
masing-masing benda dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara 
keduanya.
                        F ~ Mm
                        F ~ 1 / r2
                        F ~ Mm / r2
F = G . Mm / r2  
Semua benda yang bermassa pasti tertarik bila benda tersebut berada di medan garvitasi.
                       
 Medan gravitasi adalah wilayah yang masih dipengaruhi oleh sumbernya. 
‘Semua benda yang bermassa dipengaruhi oleh medan gravitasi’. 
 
F = G m1.m2 / r2 
ΣFP = √Fap2 + Fbp2 + 2.Fap.Fbp . cosѲ 
Fap = G ma.mp / rap2
Fbp = G . mb.m / rbp2
 
F = G . m  / r2
Σg = √ga2 + gb2 + 2.ga.gb . cosѲ 
gA = G . ma / rap2     
gB = G . mb / rbp2
Kuat medan gravitasi adalah gaya yang dialami oleh setiap benda yang bermassa. 
g  =  G  M  / r2
Energi Potensial Gravitasi adalah energi yang digunakan untuk melawan gaya gravitasi. ( - )
             EP = -F . r
EP  =  -G  Mm / r
Potensial gravitasi adalah energi potensial yang dimiliki benda bermassa M.
            V = EP  / m  
V  =  G .  M / r        
Gaya Sentripental 
GMB ΣF = 0
                        FBS + (-FSP) = 0
                        FBS = FSP 
                        G MB.MS / (rBS)2 =  MS . VS2 / rSB
Keterangan :
F = Gaya ( N )
G = konstanta gravitasi = 6,672.10-11 Nm2kg-2 
m = massa benda ( kg )
M = Massa yang menimbulkan medan ( kg )
g = kuat medan / percepatan gravitasi (ms-2) 
EP  dan V merupakan besaran skalar.
Besaran skalar, harus selalu di jumlah Σ ( + ) , ∆ ( - )
Maka penjumlahannya harus secara vektor.
EP = F . r
F dan g merupakan besaran vektor.
Besaran vektor, maka harus selalu di gambar ( √ )
ΣF = √F12 + F22 + 2.F1.F2 . cosѲ 
Maka penjumlahannya harus secara skalar.
V = g . r
Hukum-Hukum Kepler 
q     Hukum I Kepler 
            Setiap planet bergerak pada lintasan berbentuk elips dengan matahari berada di salah satu fokus elips.
 
q     Hukum II Kepler 
           
 Suatu garis khayal yang menghubungkan matahari dengan planet menyapu 
luas juring yang sama dalam selang waktu yang sama.
![]()  |   
q     Hukum III Kepler 
           
 Perbandingan antara kuadrat waktu revolusi dengan pangkat tiga jarak 
rata-rata planet ke matahari adalah sama untuk semua planet.
 
T2  / R3  = k    atau  T12  / R13=  T22  / R23
Planet dan matahari mengalami Fg .
Planet berGMB terhadap matahari sehingga mengalami Fs .
Karena berGMB, maka ΣF = 0 .
Fg = Fs
G Mm.Mp /     rmp2  = M.as 
G Mm / rmp2      = V2 / rmp
G Mm / rmp =  (ω . rmp)2 
G Mm / rmp = ω2 . rmp2 
G Mm / rmp = (2π)2 / T2 . Rmp2
T2 = 4π2  / GM. rmp3 
T2 / rmp3     =  4π2 / GM

αs = V2 / R        
V = ω . R
ω = 2π / t
Elastisitas 
Pegas
 geraknnya selalu bolak-balik dan selalu melewati titik kesetimbangan. 
Saat pegas diberi beban, maka terjadi perubahan panjang. Jika beban 
diperbesar, maka perubahan panjangnya juga akan semakin besar, berarti 
gaya (berat) berbanding lurus dengan perubahan panjang sehingga 
persamaannya F ~ ∆X atau F = K. ∆X (newton). Ini dinyatakan sebagai 
hukum Hooke, maka grafik antara F dengan ∆X akan berbentuk linear dan 
gambarnya seperti 
 
Luas bidang gambar, bisa dinyatakan sebagai energi potensial pegas, sehingga persamaannya EP= ½.F.∆X=½K.∆X.∆X=½.K.∆X2 (joule), Ep bertanda negatif, karena melawan gaya yang diberikan.
                       
 Saat pegas meregang, maka pegas juga akan meregang. Tegangan berbanding
 lurus dengan gaya yang diberikan, dan berbanding terbalik dengan luas 
penampang dengan persamaan σ=F/A (Newton/meter2).
 Regangan merupakan perbandingan perubahan panjang dengan panjang awal, 
dengan persamaan e= ∆l/l. Modulus young adalah perbandingan tegangan 
dengan regangan, dengan persamaan E=σ/e , E=F.l / A. ∆l.
                        Beberapa
 pegas dapat dirangkai seri, paralele atau gabungan. Saat pegas 
dirangkai seri, gaya tarik yang dialami tiap pegas sama besarnya dan 
gaya tarik ini sama dengan gaya tarik yang dialami pegas pengganti (F1=F2=…Fn). Pertambahan panjang pegas pengganti seri sama dengan total pertambahan panjang tiap-tiap pegas (∆x=∆x1+∆x2+…∆xn), maka nilai konstanta pengganti sama dengan total dari kebalikan tiap-tiap tetapan pegas (1/ks=1/k1+1/k2+…1/kn). Jika konstantanya bernilai kecil maka perubahan panjangnya bernilai besar.
                       
 Saat pegas dirangkai paralel, gaya tarik pada pegas pengganti F sama 
dengan total gaya tarik pada tiap pegas (F=F1=F2=…Fn). Pertambahan panjang tiap pegas sama besarnya (∆x=∆x1+∆x2+…∆xn) maka nilai konstanta pengganti sama dengan total dari tetapan tiap-tiap pegas (Kp=k1+k2+…kn).  
Gerak Harmonis Sederhana 
Sebuah
 benda yang berayun dengan sederhana, gerakannya bolak-balik dan selalu 
melewati titik kesetimbangan. Benda yang bergetar sederhana contohnya 
gerakan pada pegas. Saat benda berayun, berarti posisi benda dalam 
keadaan menyimpang dari posisi kesetimbangannya. Untuk itu posisi benda 
membentuk sudut terhadap titik kesetimbangan. Saat benda dalam keadaan 
setimbang sudut yang dibentuk antara kesetimbangan dan posisi benda 
sebesar 00.  Saat benda dalam posisi simpangan terbesar, maksimal akan membentuk sudut sebesar 900.  Simpangan
 terbesar (amplitudo) nilainya sama dengan panjang tali, yang bisa juga 
diasumsikan sebagai jari-jari. Sehingga persamaannya adalah y=A sin θ (meter). θ adalah sudut simpangan yang dibentuk. Sudut yang dibentuk dalam satu ayunan penuh diasumsikan satu putaran penuh besarnya 3600 = 2π radian. Waktu yang diperlukan untuk menempuh satu putaran penuh atau satu ayunan penuh dinamakan periode (T). 
Jadi
 saat benda bergerak harmonis sederhana dianalogikan dengan Gerak 
Melingkar Beraturan, kecepatan sudut sama dengan sudut yang ditempuh 
setiap waktu atau kecepatan sudut sama dengan sudut yang ditempuh dalam 
satu putaran penuh dalam setiap periode. Sehingga kecepatan sudut bisa 
dituliskan dengan persamaan :
            ω=θ / t =2π / T =3600 / T = 2πf (rad/detik). 
- Kecepatan linier = v=ω.R=ω.A
 - Kecepatan getar = kecepatan cos θ (meter/detik) = vy=v cos θ
 - Percepatan getar = percepatan sin θ (ms-2) = ay=a sin θ
 - Energi potensial
 - Energi kinetik
 - Energi mekanik
 
¢     Percepatan sentripetal ay=-as sin θ=-ω2A sin θ
 
Usaha dan Energi 
Usaha
 dilambangkan dengan W. Yang dilakukan oleh sebuah gaya (F) yang searah 
dengan perpindahan benda (s), dapat dinyatakan dalam persamaan (W=F.s).
                        Usaha oleh gaya membentuk sudut θ dengan arah gerak benda merupakan perkalian titik antara komponen gaya yang searah dengan arah gerak benda (F cos θ) dan perpindahan benda (s) → W=F cos θ.s / W=F.s cos θ
                       
 Usaha merupakan besaran skalar, sehingga penjumlahannya secara aljabar.
 Jadi usaha total yang dilakukan oleh gaya-gaya yang bekerja pada benda 
merupakan jumlah aljabar usaha yang dilakukan masing-masing gaya ΣW= W1+W2+W3+…Wn.
            Usaha sama dengan Kerja.
            Usaha bisa dilakukan atau melakukan usaha, untuk itu usaha bisa bernilai +, - atau 0.
Kita
 dapat melakukan usaha karena kita mendapatkan / memilki sesusatu yang 
disebut energi. Energi merupakan kemampuan untuk melakukan suatu usaha 
dan bersifat kekal artinya energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat
 dimusnahkan melainkan hanya dapat diubah, dari satu bentuk energi ke 
bentuk energi yang lain.
                       
 Energi yang tersimpan di dalam suatu benda karena kedudukannya atau 
keadaan benda tersebut dinamakan energi potensial. Semakin tinggi Energi
 potensial maka h semakin besar.
            Persamaannya :            Ep=m.g.h  → pada benda di atas pohon 
                                    Ep=½.k.∆x 2  → pada pegas 
                                    Ep= ½.k.y 2  → pda ayunan 
            Energi yang dimiliki benda karena geraknya dinamakan energi kinetik (Ek= ½.m.v 2)
                       
 Hubungan antara usaha dengan energi kinetik sangat erat, karena usaha 
yang dilakukan oleh gaya pada suatu benda sama dengan perubahan energi 
kinetik benda tersebut. W=∆Ek = Ek1-Ek0   
Saat
 bola kita lempar ke atas, maka kecepatannya semakin lambat, maka energi
 kinetiknya akan semakin kecil karena Ek telah berubah menjadi Energi 
potensial, nilai Ep semakin besar karena kedudukannya semakin tinggi 
sedangkan Energi mekaniknya merupakan jumlah dari Ep dan Ek. Energi 
mekanik nilainya selalu tetap.
                       
 Ketika bola mencapai kedudukan tertinggi, maka kecepatannya bernilai 
nol/0, energi kinetiknya bernilai nol/0, kedudukannya bernilai maksimal,
 energi potensialnya bernilai maksimal dan energi mekaniknya bernilai 
Em=Ep max dan nilainya selalu tetap = Ep+Ek.
                       
 Ketika bola sedang jatuh, maka kecepatannya semakin bertambah, maka 
energi kinetiknya akan bertambah sedangkan kedudukannya semakin 
berkurang maka energi potensialnya semakin kecil sedangkan energi 
mekaniknya tetap (Ep=Ep+Ek).
Gaya
 yang menyebabkan energi mekanik totalnya, yaitu energi kinetik ditambah
 energi potensial bernilai selalu tetap, maka gaya itu disebut gaya 
konservatif. Contoh dari gaya konservatif adalah gaya gravitasi dan gaya
 pegas.
                       
 Jika tidak ada gaya-gaya luar yang bekerja pada benda, amaka akan 
berlaku hkum kekekalan energi mekanik. Hukum kekekalan energi mekanik 
menyatakan bahwa dalam suatu sistem yang terisolasi, besar energi 
mekanik yaitu jumlah dari energi potensial dan energi kinetik selalu 
tetap.
                       
 Saat benda jatuh/saat benda diangkat, maka besar usaha yang dilakukan 
sama dengan perubahan energi potensialnya dengan persamaan W=∆Ep. Atau 
dengan menggabungkan usaha yang dilakukan untuk memindahkan benda dari 
posisi A ke posisi B. WAB=∆Ek, sedangkan usaha yang dilakukan oleh gaya gravitasi WAB=∆Ep 
            atau EmA=EmB 
EPA+EKA=EPB+EKB 
m.g.h.A+1/mvA2=m.g.h.B+1/mvB2 
Usaha yang dilakukan tiap satuan waktu atau sebagai laju perubahan energi dinamakan daya dengan persamaan 
P=w / t =Ep+m.g.h akhir – m.g.h awal 
Momentum, Impuls dan Tumbukan 
Kejadian
 yang sedang berlangsung dinamakan dengan momentum, setiap benda pasti 
memiliki massa dan apabila benda bergerak pasti memiliki kecepatan, maka
 pada benda yang sedang bergerak berarti saat itu benda memiliki besaran
 yang disebut momentum yang persamaannya P=m.v, P=momentum(kgms-1), m=massa(kg), v=kecepatan(m/s). 
 Gaya yang terjadi sesaat pada suatu benda dinamakan impuls, sehingga 
persamaannya I=F.∆t, dengan keterangan I=impuls(Ns), F=gaya(N) dan 
∆t=selang waktu(s). Benda bermassa m dengan kecepatan v0 , maka impuls sama dengan perubahan momentum yaitu selisih momentum akhir dengan momentum awal.
Karena
 momentum merupakan besaran vektor, maka arah sangat menentukan. 
Momentum awal sistem sama dengan momentum akhir sistem. Hukum ini 
dikenal dengan Hukum Kekekalan Momentum yang berbunyi “momentum awal 
sistem sebelum tumbukan sama dengan momentum akhir sistem sesudah 
tumbukan, asalkan tidak ada gaya-gaya luar yang mempengaruhi sistem 
itu”.
            Dengan persamaan 
            ΣP=ΣP’
            pa+pb=pa’+pb’
            mava+mbvb=mava’+mbvb’
Pada
 tumbukan lenting sempurna berlaku : hukum kekekalan momentum, hukum 
kekekalan energi kenetis, koefisien restitusinya bernilai 1 (e=1), 
jumlah kecepatan sebelum tumbukan sama dengan kecepatan sesudah 
tumbukan.
                        Pada tumbukan lenting sebagian berlaku : hukum kekekalan momentum 0<1.
                        Pada tumbukan tak lenting sempurna (sama sekali tidak lenting) berlaku : hukum kekekalan momentum v1’=v2’=v (e=o).
            Tumbukan pada peristiwa pemantulan : e= √h2/h1 
Momentum Sudut dan Benda Tegar
1.      Dinamika Gerak rotasi
1.1.             Perbandingan Gerak Translasi dan Gerak Rotasi
No 
 |    
Gerak   Translasi (Gerak linier / lurus) 
 |    
Gerak   Rotasi (Gerak anguler / melingkar) 
 |   ||
1 
 |    
Posisi 
 |    
x 
 |    
Posisi   Sudut 
 |    
θ 
 |   
2 
 |    
Kecepatan 
 |    
v   = dx/dt 
 |    
Kecepatan   anguler 
 |    
ω = dθ/dt 
 |   
3 
 |    
Percepatan 
 |    
a   = dv/dt 
 |    
Percepatan   anguler 
 |    
α   = dω/dt 
 |   
4 
 |    
Massa 
 |    
m 
 |    
Momen   Inersia 
 |    
I 
 |   
5 
 |    
Hk.   Newton II 
 |    
ΣF = m a 
 |    
Hk.   Newton II 
 |    
Στ = I α 
 |   
6 
 |    
Usaha 
 |    
W   = F s 
 |    
Usaha 
 |    
W   = τ θ 
 |   
7 
 |    
Energy   Kinetik 
 |    
Ek   = ½ m v2 
 |    
Energy   Kinetik 
 |    
Ek   = ½ I ω2 
 |   
8 
 |    
Daya 
 |    
P   = F v 
 |    
Daya 
 |    
P   = τ ω 
 |   
9 
 |    
Hub.   Usaha dan Ek 
 |    
W   = ∆ Ek 
 |    
Hub.   Usaha dan Ek 
 |    
W   = ∆ Ek 
 |   
10 
 |    
Momentum 
 |    
p   = m v  
 |    
Momentum 
 |    
L   = I ω 
 |   
Gerak Translasi (Lurus)
GLB                  
1.       ΣF = 0              →         a = 0
             v = konstan
             s = v t
GLBB
2.       ΣF ≠ 0  →        a = konstan
ΣF = konstan    vt = v0 + a t
            s = v0 t + ½ a t2
            v2 = v02 + 2 a s
            s = ½ (v0 + vt) t
GLBTB
3.       ΣF ≠ 0  →        a ≠ konstan
ΣF ≠ konstan    v = 
                        S = 
Gerak Rotasi (Melingkar)
GLB
1.       Στ = 0   →        α = 0
            ω = konstan
            θ = ω t
GMBB
2.       Στ ≠ 0  →        α = konstan
Στ = konstan     ωt = ω0 + α t
            θ = ω0 t + ½ α t2
            ω2 = ω02 + 2 α θ
                        θ = ½ (ω0 + ωt) t
BMBTB
3.       Στ ≠ 0  →        α ≠ konstan
Στ ≠ konstan     ω = 
                        θ = 
1.2.             Momen Inersia
Jika
 pada gerak translasi (gerak lurus), besaran massa menyatakan ukuran 
kelembaman benda, maka pada gerak rotasi, besaran yang dapat 
dianalogikan dengan massa adalah besaran momen inersia. Momen 
inersia sebuah partikel dapat didefinisikan sebagai hasil kali massa 
partikel dengan kuadrat jarak partikel dari titik porosnya.
Momen Inersia : I = m r2
1.3.             Momen Gaya (Torsi = τ)
Momen
 gaya adalah ukuran besar kecilnya efek putar sebuah gaya. Untuk sumbu 
tetap dan gaya-gaya yang tidak mempunyai komponen yang sejajar dengan 
sumbu tersebut.
Momen gaya : τ = r F sin α
dengan α = sudut antara r dan F 
1.4.             Momen Gaya dan Percepatan Anguler
Sebuah
 gaya F yang bekerja pada sebuah partikel m secara tangensial 
(menyinggung lintasan) akan memberikan percepatan tangensial aт yang memenuhi :
F = m aт
karena aт = r α, maka
F = m r α
F r = m r2 α       →        τ = I α 
Persamaan
 di atas juga berlaku untuk sembarang benda tegar, asalkan momen gaya 
dan momen inersianya dihitung terhadap sumbu yang sama. Persamaan di 
atas merupakan hokum dasar untuk gerak rotasi.
2.      Energi dan Usaha
2.1.             Energy Kinetik Rotasi
Sebuah
 benda yang bergerak rotasi memiliki energy kinetic karena 
partikel-partikelnya bergerak terus walaupun secara keseluruhan benda 
tersebut tetap di tempatnya (tidak bergerak translasi).
Energy kinetic sebuah partikel dalam benda adalah : Ek = ½ m v2 = ½ m ω2 r2
Maka energy kinetic seluruh partikel benda, atau energy kinetic rotasi benda adalah : Ek = Σ ½ m v2 = ½ (Σm r2) ω2  atau Ek = ½ I ω2
2.1.1.        Kombinasi Gerak Translasi dan Gerak Rotasi
Bila
 sebuah benda tegar bergerak melalui sebuah ruang dan pada saat yang 
bersamaan melakukan gerak rotasi (menggelinding), maka energy kinetic 
benda itu adalah total antara energy kinetic translasinya dengan energy 
kinetic rotasinya.
Ek = Ek translasi + Ek rotasi
Jadi, Ek = ½ m v2 + ½ I ω2
2.2.             Usaha dan Gaya pada Gerak Rotasi
Usaha yang dilakukan oleh gay F pada benda adalah :
W = F s = F r θ
→ W = τ  θ
Sedangkan daya :
P= W/t = Frθ/t = Fr θ/t
Jika kecepatan anguler konstan, maka
→ P = τ  ω 
3.      Momentum Anguler
Benda-benda
 yang berotasi cenderung mempertahankan keadaan awalnya (tetap 
berputar). Sebuah gasing akan terus berputar jika tidak ada friksi yang 
memperlambatnya.
Jika
 pada gerak lurus kita mengenal momentum linier, yaitu p = m v , maka 
analog dengan besaran tersebut, ada besaran momentum anguler (L) yang 
didefinisikan sebagai :
Momentum anguler : 
 = m 
 x 
Dengan r = vector posisi relative terhadap titik poros
harga L dapat dituliskan sebagai :     L= m (r) (ω r) sin θ
                                          L= m r2 sin θ ω
                        atau
L= I ω
Bila
 resultan momen gaya yang bekerja pada suatu system partikel adalah nol,
 momentum anguler total system tersebut tetap harganya (konstan);
L1 = L2
atau
I1 ω1 = I2 ω2       persamaan ini menyatakan kekekalan momentum anguler.
Keseimbangan
1.      Keseimbangan Pertikel
Sebuah partikel atau benda titik dikatakan seimbang jika resultan gaya-gaya yang bekerja padanya sama dengan nol.
Σ F = 0
Partikel atau benda titik yang seimbang, mungkin berada dalam salah satu dari dua keadaan berikut :
2.      Momen Gaya (Torsi)
Momen
 gaya atau torsi pada sebuah benda menyebabkan benda tersebut berotasi. 
Ia didefinisikan sebagai berikut (momen dari gaya F terhadap poros, 
sumbu putar, O)
τ = F Lт                   atau                  τ = Fт L
catatan.
3.      Momen Kopel
Kopel
 adalah dua buah gaya yang sama besar, berlawanan arah, tetapi tidak 
segaris kerja. Kopel yang bekerja pada sebuah benda menghasilkan rotasi 
murni.
Momen kopel dapat dinyatakan sebagai berikut :
M = F d 
4.      Resultan Gaya Sejajar
Gaya-gaya
 sejajar mempunyai resultan gaya letak titik tangkapnya sedemikian rupa 
sehingga resultan momen gaya terhadap titik tersebut adalah nol. 
Resultan gaya : FR = F1 + F2
5.      Keseimbangan Benda Tegar
Benda
 yang tidak berubah bentuk ketika dipengaruhi oleh gaya dinamakan benda 
tegar. Benda tegar dapat bergerak translasi murni, rotasi murni, atau 
kombinasi keduanya. Bneda tegar dikatakan seimbang bila memenuhi syarat 
keseimbangan translasi dan keseimbangan rotasi, yaitu :
ΣF = 0                       dan                   Στ = 0
6.      Titik Pusat Massa dan Titik (Pusat) Berat
6.1.             Titik Pusat Massa
Titik
 pusat massa adalah sebuah titik dimana seluruh benda dapat dipusatkan 
padanya. Jika resultan gaya bekerja melelui titik pusat massa, maka 
benda akan bergerak translasi murni.
Untuk system benda dua dimensi, letak titik pusat massa dinyatakan dengan koordinat (xpm , ypm), dengan :
Xpm = 
                 dan                   ypm = 
  
6.2.             Titik Pusat Berat
Titik pusat berat adalah titik tangkap gaya berat yang bekerja pada sebuah benda.
Untuk system benda dua dimensi, letak titik pusat berat dinyatakan dengan koordinat (xpb , ypb), dengan :
Xpb = 
                   dan                   ypb = 
  
Letak titk pusat massa benda pada umumnya tidak sama dengan letak titik pusat berat benda.
Untuk
 benda yang letaknya dekat dengan permukaan bumi, dimana g dianggap 
konstan, letak pusat massa dan titik berat sebuah benda dapat dianggap 
berhimpit.
Xpm = 
  = 
dan
ypm = 
  = 
Xpm = 
               l = panjang
Xpm = 
                          A = luas
Xpm = 
                          V = volume
7.      Jenis Keseimbangan
Keadaan keseimbangan suatu benda dapat digolongkan ke dalam salah satu dari 3 jenis keseimbangan berikut :
Benda
 di katakana dalam keseimbangan stabil bila benda diberi sedikit usikan,
 dan kemudian usikan dihilangkan, benda kembali ke posisi keseimbangan 
semula.
![]()  |   
Benda
 dikatakan dalam keseimbangan labil bila benda diberi sedikit usikan, 
dan kemudian usikan dihilangkan, benda menjauhi posisi keseimbangan 
semula (jatuh).
![]()  |   
Benda
 dikatakan dalam keseimbangan netral (indiferen) bila benda diberi 
sedikit usikan, dan kemudian usikan dihilangkan, benda membentuk posisi 
keseimbangan baru di dekat posisi keseimbangan semula.
![]()  |   
Fluida
FLUIDA STATIS
Kita
 terapkan persamaan Bernoulli pada titik 1 (permukaan wadah) dan titik 2
 (permukaan lubang). Karena diameter kran/lubang pada dasar wadah jauh 
lebih kecil dari diameter wadah, maka kecepatan zat cair di permukaan 
wadah dianggap nol (v1 = 0). Permukaan wadah dan permukaan lubang/kran terbuka sehingga tekanannya sama dengan tekanan atmosfir (P1 = P2). Dengan demikian, persamaan Bernoulli untuk kasus ini adalah :
Jika kita ingin menghitung kecepatan aliran zat cair pada lubang di dasar wadah, maka persamaan ini kita oprek lagi menjadi :
Berdasarkan
 persamaan ini, tampak bahwa laju aliran air pada lubang yang berjarak h
 dari permukaan wadah sama dengan laju aliran air yang jatuh bebas 
sejauh h (bandingkan Gerak jatuh Bebas)
 
Pada
 gambar di atas tampak bahwa ketinggian pipa, baik bagian pipa yang 
penampangnya besar maupun bagian pipa yang penampangnya kecil, hampir 
sama sehingga diangap ketinggian alias h sama. Jika diterapkan pada 
kasus ini, maka persamaan Bernoulli berubah menjadi :
Kok
 airnya bisa naik ke pipa kecil sich… Tuh kenapa ya ? masih ingat si 
kapilaritas-kah ? kalau lupa, belajar kapilaritas lagi… biar paham.
Ingat ya, kita hendak mencari laju aliran zat cair di penampang besar (v1). Kita gantikan v2 pada persamaan 1 dengan v2 pada persamaan 2.
Dalam
 pokok bahasan Tekanan Pada Fluida, gurumuda sudah menjelaskan bahwa 
untuk menghitung tekanan fluida pada suatu kedalaman tertentu, kita bisa
 menggunakan persamaan :
Jika
 perbedaan massa jenis fluida sangat kecil, maka kita bisa menggunakan 
persamaan ini untuk menentukan perbedaan tekanan pada ketinggian yang 
berbeda (kalau bingung, baca kembali pembahasan mengenai Tekanan Dalam Fluida — Fluida Statis). Dengan demikian, persamaan a bisa kita oprek menjadi :
Karena zat cair-nya sama maka massa jenisnya juga pasti sama. Kita lenyapkan rho dari persamaan…
Ini
 dia si persamaan yang bikin sebel…. dah nemu. Persamaan ini kita 
gunakan untuk menentukan laju zat cair yang mengalir dalam pipa.
Lubang
 yang menuju ke kaki kanan manometer, tegak lurus dengan aliran udara. 
Karenanya, laju aliran udara yang lewat di lubang ini (bagian tengah) 
berkurang dan udara berhenti ketika tiba di titik 2. Dalam hal ini, v2 = 0. Tekanan pada kaki kanan manometer sama dengan tekanan udara di titik 2 (P2).
Perbedaan tekanan (P2 – P1)
 = tekanan hidrostatis zat cair dalam manometer (warna hitam dalam 
manometer adalah zat cair, air raksa misalnya). Secara matematis bisa 
ditulis sebagai berikut :
Perhatikan persamaan 1 dan persamaan 2. Ruas kiri-nya sama (P2 – P1). Karenanya persamaan 1 dan 2 bisa dioprek menjadi seperti ini :
Ini persamaan yang kita cari. Persamaan ini digunakan untuk menghitung laju aliran gas alias udara menggunakan si tabung petot 
 
Pengantar
Sebelum kita mempelajari pokok bahasan Fluida statis,
 sejauh ini apa yang anda pahami tentang fluida ? Ketika masih berada di
 SMA, gurumuda pernah berpikir bahwa fluida sama dengan zat cair. Ternyata pemahaman itu sangat keliru. Lalu fluida itu sebenarnya apa ?
Pengertian Fluida
Dalam
 fisika, fluida diartikan sebagai suatu zat yang dapat mengalir. Anda 
mungkin pernah belajar di sekolah bahwa materi yang kita temui dalam 
kehidupan sehari-hari terdiri dari zat padat,
 cair dan gas. Nah, istilah fluida mencakup zat cair dan gas, karena zat
 cair seperti air atau zat gas seperti udara dapat mengalir. Zat padat 
seperti batu atau besi tidak dapat mengalir sehingga tidak bisa 
digolongkan dalam fluida. Untuk lebih memahami penjelasan gurumuda, 
alangkah baiknya jika kita tinjau beberapa contoh dalam kehidupan 
sehari-hari. Ketika dirimu mandi, dirimu pasti membutuhkan air. Untuk 
sampai ke bak penampung, air dialirkan baik dari mata air atau disedot 
dari sumur. Air merupakan salah satu contoh zat cair. Masih ada contoh 
zat cair lainnya seperti minyak pelumas, susu dan sebagainya. Semuanya 
zat cair itu dapat kita kelompokan ke dalam fluida karena sifatnya yang 
dapat mengalir dari satu tempat ke tempat yang lain.
Selain
 zat cair, zat gas juga termasuk fluida. zat gas juga dapat mengalir 
dari satu satu tempat ke tempat lain. Hembusan angin merupakan contoh 
udara yang berpindah dari satu tempat ke tempat lain.
Zat
 padat tidak dapat digolongkan ke dalam fluida karena zat padat tidak 
dapat mengalir. Batu atau besi tidak dapat mengalir seperti air atau 
udara. Hal ini dikarenakan zat pada t cenderung tegar dan mempertahankan
 bentuknya sedangkan fluida tidak mempertahankan bentuknya tetapi 
mengalir. Selain zat padat, zat cair dan zat gas, terdapat suatu jenis 
zat lagi yang dinamakan plasma. Plasma merupakan zat gas yang 
terionisasi dan sering dinamakan sebagai “wujud keempat dari materi”. 
Mengenai plasma dapat anda pelajari di perguruan tinggi. Yang pasti, 
plasma juga tidak dapat digolongkan ke dalam fluida.
Fluida
 merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan kita 
sehari-hari. Setiap hari kita menghirupnya, meminumnya dan bahkan 
terapung atau teggelam di dalamnya. Setiap hari pesawat udara terbang 
melaluinya, kapal laut mengapung di atasnya; demikian juga kapal selam 
dapat mengapung atau melayang di dalamnya. Air yang kita minum dan udara
 yang kita hirup juga bersirkulasi di dalam tubuh kita setiap saat, 
hingga kadang tidak kita sadari. Jika dirimu ingin menikmati bagaimana 
indahnya konsep mekanika fulida bekerja, pergilah ke pantai. Jangan Cuma
 nonton, bila perlu ceburkan dirimu di pantai… stt… awas tenggelam kalau
 belum bisa berenang.
Fluida statis
Pada
 penjelasan panjang lebar di atas, gurumuda telah menerangkan makna 
fluida yang menjadi pokok bahasan kita kali ini. Nah, dalam mempelajari 
Fluida, kita memilahnya menjadi dua bagian yakni Fluida statis (Fluida 
diam) dan Fluida Dinamis (Fluida bergerak). Kataya fluida bergerak, kok ada fluida yang diam ? dirimu
 jangan bingung, fluida memang merupakan zat yang dapat mengalir. Yang 
kita tinjau dalam Fluida statis adalah ketika fluida yang sedang diam 
pada keadaan setimbang. Jadi kita meninjau fluida ketika tidak sedang 
bergerak. Pada Fluida Dinamis, kita akan meninjau fluida ketika 
bergerak.
FLUIDA DINAMIS
Penerapan Prinsip dan Persamaan Bernoulli
Sebelumnya, kita sudah belajar mengenai Prinsip dan Persamaan Bernoulli. Kali ini kita akan melihat penerapan prinsip dan persamaan Bernoulli dalam kehidupan sehari-hari.
Teorema Torriceli
Salah satu penggunaan persamaan Bernoulli adalah menghitung kecepatan zat cair yang keluar dari dasar sebuah wadah (lihat gambar di bawah)
Kita
 terapkan persamaan Bernoulli pada titik 1 (permukaan wadah) dan titik 2
 (permukaan lubang). Karena diameter kran/lubang pada dasar wadah jauh 
lebih kecil dari diameter wadah, maka kecepatan zat cair di permukaan 
wadah dianggap nol (v1 = 0). Permukaan wadah dan permukaan lubang/kran terbuka sehingga tekanannya sama dengan tekanan atmosfir (P1 = P2). Dengan demikian, persamaan Bernoulli untuk kasus ini adalah :
Jika kita ingin menghitung kecepatan aliran zat cair pada lubang di dasar wadah, maka persamaan ini kita oprek lagi menjadi :
Berdasarkan
 persamaan ini, tampak bahwa laju aliran air pada lubang yang berjarak h
 dari permukaan wadah sama dengan laju aliran air yang jatuh bebas 
sejauh h (bandingkan Gerak jatuh Bebas)
Ini dikenal dengan Teorema Torricceli.
 Teorema ini ditemukan oleh Eyang Torricelli, murid eyang butut 
Gallileo, satu abad sebelum om Bernoulli menemukan persamaannya.
Efek Venturi
Selain
 teorema Torricelli, persamaan Bernoulli juga bisa diterapkan pada kasus
 khusus lain yakni ketika fluida mengalir dalam bagian pipa yang 
ketinggiannya hampir sama (perbedaan ketinggian kecil). Untuk memahami 
penjelasan ini, amati gambar di bawah.
Pada
 gambar di atas tampak bahwa ketinggian pipa, baik bagian pipa yang 
penampangnya besar maupun bagian pipa yang penampangnya kecil, hampir 
sama sehingga diangap ketinggian alias h sama. Jika diterapkan pada 
kasus ini, maka persamaan Bernoulli berubah menjadi :
Ketika fluida melewati bagian pipa yang penampangnya kecil (A2), maka laju fluida bertambah (ingat persamaan kontinuitas). Menurut prinsip Bernoulli,
 jika kelajuan fluida bertambah, maka tekanan fluida tersebut menjadi 
kecil. Jadi tekanan fluida di bagian pipa yang sempit lebih kecil tetapi
 laju aliran fluida lebih besar.
Ini
 dikenal dengan julukan efek Venturi dan menujukkan secara kuantitatif 
bahwa jika laju aliran fluida tinggi, maka tekanan fluida menjadi kecil.
 Demikian pula sebaliknya, jika laju aliran fluida rendah maka tekanan 
fluida menjadi besar.
Venturi meter
Penerapan
 menarik dari efek venturi adalah Venturi Meter. Alat ini dipakai untuk 
mengukur laju aliran fluida, misalnya menghitung laju aliran air atau 
minyak yang mengalir melalui pipa. Terdapat 2 jenis venturi meter, yakni
 venturi meter tanpa manometer dan venturi meter yang menggunakan 
manometer yang berisi cairan lain, seperti air raksa. Prinsip kerjanya 
sama saja…. Pada kesempatan ini gurumuda hanya menjelaskan venturi meter
 tanpa manometer.
Venturi meter tanpa manometer
Gambar di bawah menunjukkan sebuah venturi meter yang digunakan untuk mengukur laju aliran zat cair dalam pipa.
Kok
 airnya bisa naik ke pipa kecil sich… Tuh kenapa ya ? masih ingat si 
kapilaritas-kah ? kalau lupa, belajar kapilaritas lagi… biar paham.
Amati gambar di atas. Ketika zat cair melewati bagian pipa yang penampangnya kecil (A2),
 laju cairan meningkat. Menurut prinsipnya om Bernoulli, jika laju 
cairan meningkat, maka tekanan cairan menjadi kecil. Jadi tekanan zat 
cair pada penampang besar lebih besar dari tekanan zat cair pada penampang kecil (P1 > P2).  Sebaliknya v2 > v1
Sekarang
 kita oprek persamaan yang digunakan untuk menentukan laju aliran zat 
cair pada pipa di atas. Kita gunakan persamaan efek venturi yang telah 
diturunkan sebelumnya. Neh persamaannya…
Ingat ya, kita hendak mencari laju aliran zat cair di penampang besar (v1). Kita gantikan v2 pada persamaan 1 dengan v2 pada persamaan 2.
Dalam
 pokok bahasan Tekanan Pada Fluida, gurumuda sudah menjelaskan bahwa 
untuk menghitung tekanan fluida pada suatu kedalaman tertentu, kita bisa
 menggunakan persamaan :
Karena zat cair-nya sama maka massa jenisnya juga pasti sama. Kita lenyapkan rho dari persamaan…
Ini
 dia si persamaan yang bikin sebel…. dah nemu. Persamaan ini kita 
gunakan untuk menentukan laju zat cair yang mengalir dalam pipa.
Dalam bidang kedokteran, telah dirancang juga venturi meter yang digunakan untuk mengukur laju aliran darah dalam arteri.
Tugas
 kreatif : coba buat alat seperti venturi meter di atas, terserah 
bahannya apa, asal tahan air. Gunakan alat itu untuk menentukan laju 
aliran air, mau air sungai kek, air comberan juga terserah 
 masukan alat itu ke dalam air, usahakan posisinya sejajar dengan aliran
 air. Setelah itu, catat ketinggian air pada dua kolom pipa. 
Selanjutnya, tentukan h. Luas permukaan bisa langsung dihitung pakai 
persamaan luas lingkaran. Gunakan rumus di atas untuk menghitung laju 
aliran air. Selamat mencoba…
Tabung Pitot
Kirain tabung petot 
 kalau venturi meter digunakan untuk mengukur laju aliran zat cair, maka
 tabung pitot digunakan untuk mengukur laju aliran gas / udara. 
Perhatikan gambar di bawah…
Lubang
 pada titik 1 sejajar dengan aliran udara. Posisi kedua lubang ini 
dibuat cukup jauh dari ujung tabung pitot, sehingga laju dan tekanan 
udara di luar lubang sama seperti laju dan tekanan udara yang mengalir 
bebas. Dalam hal ini, v1 = laju aliran udara yang mengalir 
bebas (ini yang akan kita ukur), dan tekanan pada kaki kiri manometer 
(pipa bagian kiri) = tekanan udara yang mengalir bebas (P1).
Lubang
 yang menuju ke kaki kanan manometer, tegak lurus dengan aliran udara. 
Karenanya, laju aliran udara yang lewat di lubang ini (bagian tengah) 
berkurang dan udara berhenti ketika tiba di titik 2. Dalam hal ini, v2 = 0. Tekanan pada kaki kanan manometer sama dengan tekanan udara di titik 2 (P2).
Ketinggian
 titik 1 dan titik 2 hampir sama (perbedaannya tidak terlalu besar) 
sehingga bisa diabaikan. Ingat ya, tabung pitot juga dirancang 
menggunakan prinsip efek venturi. Mirip seperti si venturi meter, 
bedanya si tabung petot ini dipakai untuk mengukur laju gas alias udara.
 Karenanya, kita tetap menggunakan persamaan efek venturi. Sekarang kita
 oprek persamaannya :
Perbedaan tekanan (P2 – P1)
 = tekanan hidrostatis zat cair dalam manometer (warna hitam dalam 
manometer adalah zat cair, air raksa misalnya). Secara matematis bisa 
ditulis sebagai berikut :
Perhatikan persamaan 1 dan persamaan 2. Ruas kiri-nya sama (P2 – P1). Karenanya persamaan 1 dan 2 bisa dioprek menjadi seperti ini :
Ini persamaan yang kita cari. Persamaan ini digunakan untuk menghitung laju aliran gas alias udara menggunakan si tabung petot 
Penyemprot Parfum
Pernah
 pakai parfum-kah ? wah, masa hari gini belum…. pacar kesayangan bisa 
kabur dari sisimu. He2… Prinsip kerja penyemprot parfum dkk juga 
menggunakan prinsip om Bernoulli. Perhatikan gambar di bawah…. Ini cuma 
gambaran umum saja, bagaimanapun setiap pabrik punya rancangan yang 
berbeda.

Secara
 garis besar, prinsip kerja penyemprot parfum bisa digambarkan sebagai 
berikut (sambil lihat gambar ya). Ketika bola karet diremas, udara yang 
ada di dalam bola karet meluncur keluar melalui pipa 1. Karenanya, udara
 dalam pipa 1 mempunyai laju yang lebih tinggi. Karena laju udara 
tinggi, maka tekanan udara pada pipa 1 menjadi rendah. Sebaliknya, udara
 dalam pipa 2 mempunyai laju yang lebih rendah. Tekanan udara dalam pipa
 2 lebih tinggi. Akibatnya, cairan parfum didorong ke atas. Ketika si 
cairan parfum tiba di pipa 1, udara yang meluncur dari dalam bola karet 
mendorongnya keluar… si cairan parfum akhirnya menyembur membasahi 
tubuh… 
 
Biasanya
 lubang berukuran kecil, sehingga parfum meluncur dengan cepat… ingat 
persamaan kontinuitas, kalau luas penampang kecil, maka fluida bergerak 
lebih cepat. Sebaliknya, kalau luas penampang pipa besar, maka fluida 
bergerak pelan.
Minum dengan pipet alias penyedot
Dirimu
 pernah minum es teh atau sirup menggunakan pipet alias penyedot-kah ? 
cairan apapun yang kita minum bisa masuk ke dalam mulut bukan karena 
kita nyedot. Prinsip om bernoulli berlaku juga untuk kasus ini… ketika 
kita mengisap alias menyedot air menggunakan pipet, sebenarnya kita 
membuat udara dalam pipet bergerak lebih cepat. Dalam hal ini, udara 
dalam pipet yang nempel ke mulut kita mempunyai laju lebih tinggi. 
Akibatnya, tekanan udara dalam bagian pipet itu menjadi lebih kecil. 
Nah, udara dalam bagian pipet yang dekat dengan minuman mempunyai laju 
yang lebih kecil. Karena lajunya kecil, maka tekanannya lebih besar. 
Perbedaan tekanan udara ini yang membuat air atau minuman yang kita 
minum mengalir masuk ke dalam mulut kita. Dalam hal ini, cairan itu 
bergerak dari bagian pipet yang tekanan udara-nya tinggi menuju bagian 
pipet yang tekanan udara-nya rendah.
Cerobong Asap
Pernah
 lihat cerobong asap ? yang tinggal di kota, seperti surabaya, semarang,
 jakarta dkk pasti pernah lihat cerobong asap pabrik… mengapa asap bisa 
bergerak naik melalui cerobong ? emang dari sono-nya dah begitu kok…  yee… anak TK  juga bisa jawab kayak gini 
 
Pertama,
 asap hasil pembakaran memiliki suhu tinggi alias panas. Karena suhu 
tinggi, maka massa jenis udara tersebut kecil. Udara yang massa jenisnya
 kecil mudah terapung alias bergerak ke atas. Alasannya bukan cuma ini… 
Prinsip om bernoulli juga terlibat dalam persoalan ini.
Kedua,
 prinsip om bernoulli mengatakan bahwa jika laju aliran udara tinggi 
maka tekanannya menjadi kecil, sebaliknya jika laju aliran udara rendah,
 maka tekanannya besar. Ingat bahwa bagian atas cerobong berada di luar 
ruangan. Ada angin yang niup di bagian atas cerobong, sehingga tekanan 
udara di sekitarnya lebih kecil. Di dalam ruangan tertutup tidak ada 
angin yang niup, sehingga tekanan udara lebih besar. Karenanya asap 
digiring ke luar lewat cerobong… (udara bergerak dari tempat yang 
tekanan udaranya tinggi ke tempat yang tekanan udaranya rendah).
Tikus juga tahu prinsip Om Bernoulli
Perhatikan
 gambar di bawah…. ini gambar lubang tikus dalam tanah. Tikus juga tahu 
prinsip om bernoulli. Si tikus tidak mau mati karena sesak napas, 
karenanya tikus membuat 2 lubang pada ketinggian yang berbeda. Akibat 
perbedaan ketinggian permukaan tanah, maka udara berdesak2an dengan 
temannya (bagian kanan). Mirip seperti air yang mengalir dari pipa yang 
penampangnya besar menuju pipa yang penampangnya kecil. Karena 
berdesak2an maka laju udara meningkat (Tekanan udara menurun).

Karena
 ada perbedaan tekanan udara, maka udara dipaksa mengalir masuk melalui 
lubang tikus. Udara mengalir dari tempat yang tekanan udara-nya tinggi 
ke tempat yang tekanan udaranya rendah. Kata si tikus, lega rasanya… ada
 hembusan angin sepoi-sepoi kering, bikin aku tidak kepanasan 
  bukan tikusnya yang pintar fisika, si tikus sudah diprogram Sang Pencipta Alam Semesta dan Seisinya demikian…
Gaya angkat Pesawat
Salah
 satu faktor yang menyebabkan pesawat bisa terbang adalah adanya sayap. 
Bentuk sayap pesawat melengkung dan bagian depannya lebih tebal daripada
 bagian belakangnya. Bentuk sayap seperti ini dinamakan aerofoil. Ide 
ini ditiru dari sayap burung. Bentuk sayap burung juga seperti itu 
(sayap burung melengkung dan bagian depannya lebih tebal). Pernah lihat 
burung belum ? 
 Bedanya, sayap burung bisa dikepakkan, sedangkan sayap pesawat tidak. 
Burung bisa terbang karena ia mengepakkan sayapnya, sehingga ada aliran 
udara yang melewati kedua sisi sayap. Agar udara bisa mengalir pada 
kedua sisi sayap pesawat, maka pesawat harus digerakkan maju. Manusia 
menggunakan mesin untuk menggerakan pesawat (mesin baling2 atau mesin 
jet).

Bagian
 depan sayap dirancang melengkung ke atas. Udara yang ngalir dari bawah 
berdesak2an dengan temannya yang ada di sebelah atas. Mirip seperti air 
yang ngalir dari pipa yang penampangnya besar ke pipa yang penampangnya 
sempit. Akibatnya, laju udara di sebelah atas sayap meningkat. Karena 
laju udara meningkat, maka tekanan udara menjadi kecil. Sebaliknya, laju
 aliran udara di sebelah bawah sayap lebih rendah, karena udara tidak 
berdesak2an (tekanan udaranya lebih besar). Adanya perbedaan tekanan 
ini, membuat sayap pesawat didorong ke atas. Karena sayapnya nempel 
dengan badan si pesawat, maka si pesawat ikut2an terangkat.
Prinsip
 om bernoulli ini hanya salah satu faktor yang menyebabkan pesawat 
terangkat. Penyebab lain adalah si momentum. Biasanya, sayap pesawat 
dimiringkan sedikit ke atas. Pernah lihat pesawat belum ? hiks…hiks… 
pisss….. coba perhatikan sayap pesawat… posisinya miring khan ? itu juga
 punya tujuan, bukan asal miring. Udara yang mengenai permukaan bawah 
sayap dibelokkan ke bawah. Karena pesawat punya dua sayap, yakni di 
bagian kiri dan kanan, maka udara yang dibelokkan ke bawah tadi saling 
berciuman. Perubahan momentum molekul udara yang ciuman alias 
bertumbukkan menghasilkan gaya angkat tambahan (ingat lagi si momentum 
dan tumbukan). Masih ada lagi…. coba perhatikan gambar di atas. Bagian 
depannya khan melengkung ke atas… tujuannya biar prinsip om bernoulli 
bisa dimanfaatkan habis2an (mengenai hal ini sudah dijelaskan di atas).
Btw,
 bagian atas sayap itu melengkung ke bawah lagi, sampai ke buntutnya….. 
Itu juga punya tujuan. Karena bentuk sayap melengkung ke bawah sampai ke
 buntutnya, maka udara dipaksa oleh sayap untuk mengalir lagi ke bawah. 
Menurut eyang Newton dalam Hukum III Newton, karena ada gaya aksi maka 
ada gaya reaksi. Karena sayap memaksa udara turun, maka udara harus 
memaksa sayap naik. Dalam hal ini, udara memberikan gaya angkat pada 
sayap. Jadi bukan cuma prinsip si om bernoulli saja yang bikin pesawat 
bisa terangkat. Selengkapnya bisa dipelajari di dunia perteknikan (itu 
sich kalau dirimu mau bantu om habibie bikin pesawat).
Nelayan juga tahu prinsip om Bernoulli
Dirimu
 pernah naik perahu layar-kah ? perahu layar biasanya berlayar melawan 
angin. Kok bisa lawan angin ya ? seharusnya khan angin niup si perahu 
dan om sopirnya ke belakang… bisa. Nelayan juga tahu prinsip om 
bernoulli. Cuma si nelayan tidak tahu, kalau cara menggerakan perahu 
dengan memanfaatkan si angin itu namanya prinsip bernoulli. Fisikawan 
tahu prinsip om bernoulli, tapi kalau nyuruh berlayar pakai perahu bisa 
gemetaran n keringatan. 








Tidak ada komentar:
Posting Komentar